Wednesday, May 30, 2012

Inspirasi - Pekerjaan

Ada seorang mahasiswi yang lulus dengan nilai terbaik. Setelah setahun mencari kerja ke sana ke sini, ternyata tidak ada yang cocok. Dia merasa dirinya lulusan terbaik (cum laude), ia selalu minta gaji yg lebih tinggi dari harga pasaran. Walaupun telah dinasehati oleh orangtuanya, ia selalu berkata bhw ia adalah mahasiswi lulusan terbaik dan pantas mendapatkan gaji yang lebih tinggi.

Merasa tidak mampu mengatasi putrinya yang keras kepala, suatu hari, ia mengajak putrinya ke pasar untuk menemaninya berjualan buah-buahan.

Ketika seorang pembeli menanyakan harga buah pir perkilo ibu itu menjawab,"18 ribu rupiah, tidak kurang." (Padahal harga pasaran cuma 15 ribu)

Beberapa pembeli urung membeli pir, dan pindah ke penjual yg lain. Namun ibu itu tetap pada pendiriannya.

Dengan heran putrinya bertanya, "Kenapa tidak dikasih kurang sedikit, Bu?"

Ibunya menjawab,"Buah pir kita yg terbaik."

"Tapi saya melihatnya sama saja, lagi pula buah pir.. ya.. buah," protes putrinya.

"Tidak, buah pir kita yang terbaik. Kita pantas menjualnya dengan harga lebih mahal," tukas ibunya dengan tegas.

Waktu terus berlalu, ketika hari mulai siang, para pedagang menurunkan harga pir menjadi 13 ribu per kilo. Meskipun banyak orang tertarik pada buah pirnya, namun ibunya tidak mau menurunkan harga seperti para pedagang lainya, dengan alasan buahnya lebih baik.

Ketika waktu menunjukkan pukul 12 siang, para pedagang beranjak pulang karena barang dagangnya telah habis.

Kini tinggal ibu itu seorang diri.

"Kenapa ibu tidak mengikuti mereka saja?" keluh putrinya.

Lagi-lagi ibunya menjawab, "Buah pir kita yang terbaik".

Ketika hendak pulang, ada orang yang kebetulan melewati tempat mereka dan menawar pir dengan harga 12 ribu. Akhirnya ibu itu melepaskan dagangannya.

Merasa aneh dengan tindakan ibunya, putrinya bertanya dengan kesal, "Kita sia-sia menghabiskan banyak waktu di sini, toh akhirnya terjual 12 ribu saja. Kenapa tidak dari tadi pagi menjualnya dengan harga 15 ribu?"

"Kenapa kamu juga menyia-nyiakan waktumu setahun dan kenapa kamu tidak menerima pekerjaan dengan gaji standar dari dulu? Kalau kemudian terbukti kamu terbaik, kamu bisa mengajukan kenaikan gaji," jawab ibunya.

Sumber: unknown

Friday, May 18, 2012

Cerita Inspirasi - Makan kemana Kita Hari Ini?

MAKAN KEMANA KITA HARI INI?

Pertanyaan di atas cukup sering kita dengar.Makan ke mana nih kita? Wisata kuliner, coba-coba makanan baru, terasa asyiknya. Begitu pun di akhir pekan, banyak dari kita, sibuk untuk memilih resto yang baru, keren, dengan menu andalan yang super enak.

Makan gitu lho, siapa yang tidak suka?



Hari itu Tika ingin mencoba restoran baru yang dia tahu dari sahabatnya. Bersama keluarganya, suami dan kedua anaknya yang lucu-lucu, Tika menuju ke restoran yang menawarkan makanan asal Padang yang super lezat itu. Di depan restoran, mata Tika tertuju pada seorang anak kecil yang dekil. Segera, dengan refleks… Tika menarik tangan kedua anaknya, Shinta dan Shanti yang kembar dan berusia hampir 7 tahun untuk segera menyingkir pergi dari Si Anak Pengemis itu. Tetapi, suara rintihannya yang memelas menarik perhatiannya.

“ Kasihan, Bu… Sudah tiga hari belum makan!” Namun dia akhirnya memilih untuk tak mempedulikannya, lalu melenggang masuk ke restoran.

Tika masuk ke restoran, duduk di meja sudut yang berbatasan dengan jendela kaca. Dari situ, ia masih memandang keluar, ke arah pengemis itu. Anak-anaknya sibuk main game dan iPad. Mereka tak lagi memperhatikan kondisi sekitar. Sementara suaminya juga disibukkan dengan

Blackberry-nya. Bahkan dari dua hari yang lalu, dia sudah mempersiapkan restoran ini. Dia sudah bilang ke suaminya, “ Papa ada rencana mau makan ke mana

weekend ini, Pa? Kalau tidak, ke resto yang temen mama rekomendasiin, ya!”



Dipandanginya Anak Pengemis itu.

Ia tengah mengais-ngais tempat sampah di depan restoran tersebut. Tak lagi ia mencoba bertanya kepada para pengunjung dan minta dikasihani mereka. Sepertinya, dia sudah sangat kelaparan. Mungkin, dia belum kebagian jatah makan siangnya. Konon kabarnya, beberapa pengemis pun diorganisir untuk kemudian uang hasil mengemis itu dikumpulkan kepada seorang bos. Ah, entahlah. Tika tak mau ambil pusing dengan hal itu. Yang jelas hari ini, dia kehilangan selera makannya. Padahal mereka sudah pesan lengkap kap kap semuanya. Rendang, daun ubi, sambal hijau, ayam pop… Whoaaaa, semua sudah sempurna. Sudah terhidang di meja. Tinggal sikat saja…



Diambilnya nasi yang ada di piringnya. Nasi yang belum sempat dimakannya sama sekali. Diambilnya pula sepotong paha ayam dan rendang. Lalu diberikannya kepada pelayan restoran.

“ Tolong yang ini dibungkus, ya Pak!”



Setelah dibungkus, diberikan lagi kepada Tika oleh Si Pelayan. Bergegas dia keluar, menghampiri Si Anak Pengemis yang tengah makan roti yang sebagian besar sudah berwarna kehitaman. Yang jelas, bukan diolesi selai

blueberry. Tapi karena roti itu sudah berjamur…Sedih sekali hatinya melihat hal itu. Dia merasa tidak enak hati karena sudah berlaku agak kasar tadi. Untung, segera ia tersadarkan… Lalu, berbalik membungkuskan nasi untuk Si Anak.

Binar matanya dan ucapan terima kasih Si Anak, takkan pernah dia lupa… Beginikah indahnya berbagi?

***



Di malam hari, sesaat sesudah semua anggota keluarganya tertidur lelap… Dia menyempatkan diri melakukan kilas balik atas kejadian hari itu. Di saat orang sibuk bertanya (termasuk dirinya), hari ini mau makan apa? Atau hari ini makan ke mana? Begitu banyak orang di luar sana yang bergumul dengan pertanyaan: “ Hari ini, apa kita masih bisa makan, ya?”



Ah, betapa rasa syukur itu begitu langka! Sering Tika membuang makanan tanpa memikirkan mereka yang berkekurangan. Sering di pesta-pesta, Tika melihat begitu banyak orang pesan berlimpah-limpah lalu bersisa banyak. Mungkin demi gengsi, biar terlihat berkecukupan? Entahlah… Sebagai tamu di pesta, Tika menikmatinya. Tetapi, setelah kejadian siang tadi, ia merasa tertampar juga…



Air matanya bergulir di pipi.

“Tuhan, ajari aku mau berbagi. Juga tidak lagi menyia-nyiakan makanan. Mumpung masih cukup muda dan masih bisa makan enak, bukan jaminan kalau selamanya bisa makan enak. Masih banyak yang tidak tahu hari ini bisa makan atau tidak. Maafkan aku, Tuhan,” bisik lirih dari bibirnya…

Hari itu dia berencana mengunjungi panti asuhan balita dan anak-anak saat Shanti dan Shinta ulang tahun, satu bulan ke depan. Akan dibawanya nasi kotak dan kue-kue untuk mereka. Juga, akan disumbangkannya nasi kotak bagi mereka yang berkekurangan, seperti Si Pengemis kecil itu tadi. Tika tidak tahu apa yang ia lakukan ini akan berguna untuk jangka panjang atau tidak. Karena hanya itulah yang bisa ia lakukan saat ini. Sambil suatu hari ini, jika ia memiliki dana lebih dan partner yang sejalan/satu visi, ingin dididiknya anak-anak jalanan itu untuk mandiri dan memiliki ketrampilan untuk bertahan hidup dari mencari uang yang halal.



Segala sesuatu bisa terjadi di depan mata kita, tetapi akankah kita jeli dan mau melakukan sesuatu demi kebaikan?

Hari itu, Tika berkata, “ Ya,” untuk perubahan sikap dalam dirinya. Ia mengikuti gerakan hatinya untuk berbagi…Bahkan membawanya dalam doa malamnya yang berwujud gerakan berbagi yang lebih besar sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya saat itu. Dan dia berdoa, agar niat di dalam hatinya direstui oleh Yang Kuasa.



Lalu, bagaimana dengan kita?

Semoga di lubuk hati sanubari kita, kita temukan jawabannya…



-Fonny Jodikin-

Cerita Inspirasi - Menimbah Air di Dekat Sumur

Seorang biksu kecil yang baru ditahbis, diminta untuk mengambil air, Ia diminta untuk mengambil air di dekat sumur vihara.

Ia pun pergi ke sumur dan mencoba untuk menimba sumur, yang didapatkannya adalah ember kosong tanpa ada airnya. semakin ditimba semakin sia² usaha mendapatkan air.

Semakin marah kesel dan jengkel, sumur itu tetap tidak memberikan air. Ia tidak percaya, dan mengintip ke dalam sumur. Sumur itu sangat dalam dan terlihat gelap ke dasar, hampir dipastikan tidak dapat terlihat apa yang ada di dalam sumur.

Semakin berusaha, semakin emosi, dan kesel, semakin kesal yang ada malah keringat membasahi tubuh.

Tiba² Gurunya datang, lalu biksu kecil itu komplain sama gurunya.
"Mengapa Guru tidak berkata bila sumur ini kosong, mengapa saya harus menimbanya?"

Sang Guru Balik bertanya: "Berapa kali kamu menimba?"

Biksu kecil menjawab: "Sudah banyak kali, dan sudah emosi jiwa".

Guru: "Bila sudah tahu kosong, mengapa harus menimba? mengapa harus emosi dan mengapa menutup indra kesadaranmu?"

"PLAK"

Kepala biksu kecil itu dipukul dengan tongkat.

"Lihat ke samping sumur itu, disana ada kran air dari pompa sumur, tinggal dibuka krannya airpun mengalir, Aku suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba sumur!"

Seketika wajah biksu kecil itu merah padam…

Buang² energi dan emosi…
Hanya karena tidak ada usaha untuk membuka "Kesadaran"

Akhirnya Ia pun mendapat "PENCERAHAN".

Bagaimana dengan anda sekalian?

Dari awal membaca pasti memiliki pikiran yang sama seperti biksu kecil itu?

•”̮•ћë..ћë..ћë•”̮•…

"PLAK"

Pencerahankah?

•”̮•ћë..ћë..ћë•”̮• amitofo...

Sering kita marah tanpa alasan, emosi jiwa, padahal duduk persoalannya disebabkan oleh karena kita sok tahu, sok yakin bener, dan tidak mau tahu.

Akhirnya menyalahkan kondisi yang ada.

Padahal yang perlu di benerin dan di servis pikiran kita.

Kalo mentok menghadapi satu masalah, buka mata buka hati cari solusi lain…

Tapi memang kadang² harus "PLAK" baru pencerahan…

Sumber: unknown

Wednesday, May 2, 2012

Inspirasi - Bunga Mawar

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

=====

Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah adadan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.

Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.

Sahabat, jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumn mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa. Kebahagiaan kita adalah saat kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen

Salam hangat!!

by Irfan

Cerita Motivasi - Kebiasaan Yang Baik Bisa Menjadi Suatu Kekuatan

Suatu hari rakyat bersorak-sorai menyaksikan kehebatan keahlian memanah seorang panglima yang luar biasa.

100 kali anak panah dilepas,
100 anak panah tepat mengenai sasaran.

Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang,
tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk,
“Panglima memang pemanah hebat!
Tetapi, itu hanya keahlian yang diperoleh dari kebiasaan yang terlatih.”

Panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya,
apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu.

Tukang minyak menjawab,
“tunggu sebentar !”
Sambil beranjak dari tempatnya,
dia mengambil sebuah koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya.

Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong.
Dng penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak,

kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh.
Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tsb. Panglima & rakyat tercengang.

Mereka bersorak-sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dng penuh kerendahan hati & hormat, tukang minyak di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya:
“Itu hanya keahlian yang diperoleh dari kebiasaan yang terlatih !
Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian.”

Dlm kisah ini kita dpt belajar bhw betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan.

Habit is a Power !

Hasil dari kebiasaan yang terlatih dpt membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah & apa yang tdk mungkin menjadi mungkin.

Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dlm kehidupan, kita membtuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses itu hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan2 seperti:
berpikir positif,
antusias,
optimis,
disiplin,
integritas,
tanggung jawab & terlebih lagi : keintiman kita dg Tuhan setiap saat & SEDEKAH
*Keunggulan terjadi berkat sebuah kebiasaan & disiplin.

Sumber: unknown