Sunday, May 24, 2015

Kisah Inspirasi - Saya Bisa Tidur Ketika Angin Bertiup

Alkisah, seorang petani memiliki lahan di sepanjang pesisir Atlantik. Ia terus-menerus mengiklankan untuk menyewa orang. Kebanyakan orang enggan untuk bekerja di pertanian sepanjang Atlantik. Mereka takut badai mengerikan yang terjadi di seluruh Atlantik, yang dapat mendatangkan malapetaka pada bangunan dan tanaman.

Akhirnya, seorang pria kurus pendek, usia paruh baya, mendekati petani. "Apakah Anda seorang petani yang baik?" petani itu bertanya.

"Ya, aku bisa tidur ketika angin bertiup," jawab pria kecil itu. Meskipun bingung dengan jawaban pria itu, petani yang putus asa mencari pekerja pun mempekerjakannya.

Pria kecil itu bekerja dengan baik di pertanian, sibuk dari fajar hingga senja. Petani pemilik lahan pertanian itu pun merasa puas dengan pekerjaan pria itu. Kemudian satu malam angin menderu keras dari lepas pantai. Melompat keluar dari tempat tidur, petani itu meraih lentera dan bergegas ke tempat tidur pria kecil yang bekerja untuknya.

Ia mengguncang-guncang pria kecil itu dan berteriak, "Bangunlah! Badai akan datang! Ikat semuanya sebelum angin meniupnya!"

 Pria kecil itu berguling di tempat tidur dan berkata tegas, "Tidak, Tuan. Aku sudah bilang, aku bisa tidur ketika angin bertiup."

Marah karena dijawab begitu, petani itu tergoda untuk memecatnya saat itu. Sebaliknya, ia bergegas ke luar untuk siap menghadapi badai. Dengan takjub, ia menemukan bahwa semua tumpukan jerami telah ditutupi dengan terpal. Sapi-sapi berada di gudang, ayam berada di kandang, dan pintu tertutup. Jendela tertutup kencang. Semuanya terikat. Tidak ada yang bisa menerbangkan. Petani itu kemudian mengerti apa yang dimaksud oleh pria kecil yang bekerja untuknya. Maka ia pun kembali ke tempat tidurnya untuk tidur, sementara angin bertiup kencang.

Ketika kita siap secara spiritual, mental, dan fisik, kita tidak perlu takut. Kita dapat tidur ketika angin bertiup melewati hidup kita? Orang upahan dalam kisah tadi bisa tidur karena ia telah mengamankan pertanian dari badai.

Kisah Inspirasi - Wajah Jujur Terlihat Ketika Tidur


Apakah Anda pernah menatap orang-orang terdekat Anda ketika sedang tidur? Bila belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda ketika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika tidur sudah tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikan ketika Ayah sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih. Betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Dialah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Dialah yang rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Lalu, kita lihat Ibu kita. Hmm… kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini mulai kasar karena terpaan hidup yang keras. Dialah yang setiap hari mengurus kebutuhan kita. Dialah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artikan.

Mari kita mencoba menatap wajah orang-orang yang kita cintai: Ayah, Ibu, suami, istri, kaka, adik, anak, sahabat, dan semuanya. Rasakan sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk kebahagiaan kita. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan pun mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara, mereka berkata, "Betapa lelahnya aku hari ini." Dan apa penyebab lelah itu? Untuk siapa ia berlelah-lelah? Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang bekerja mengurus dan mendidik anak, menjaga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Untuk kita renungkan. Mari kita resapi kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Kita rasakan betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua. Bayangkan apa yang akan terjadi jika esok hari, orang-orang yang kita kasihi itu, tak membuka mata, selamanya

Kisah Inspirasi - Kebahagiaan adalah Jalan

Kita meyakinkan diri sendiri bahwa hidup akan lebih baik setelah kita menikah, punya bayi, dan lain-lain. Kemudian kita frustasi karena anak-anak yang belum cukup umur dan kita akan lebih banyak menghadapi masalah ketika mereka masih kecil.

Setelah itu, kita frustasi lagi karena berurusan dengan remaja. Kita pasti akan merasa senang ketika mereka keluar dari tahap itu.

Kita mengatakan kepada diri sendiri bahwa hidup kita akan lengkap bila pasangan kita bekerja sama bersama-sama, ketika kita mendapatkan mobil yang lebih bagus, ketika mampu berlibur ke tempat  yang indah, dan ketika kita pensiun.

Sebenarnya, tidak ada waktu yang lebih baik untuk menjadi bahagia daripada sekarang. Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Hidup kita akan selalu penuh dengan tantangan. Lebih baik mengakui ini untuk diri sendiri dan memutuskan untuk menjadi bahagia.

Salah satu kutipan favorit dari Alfred D. Souza, mengatakan, "Untuk waktu yang lama itu tampaknya bagi saya bahwa hidup akan segera dimulai. Kehidupan nyata. Tapi selalu ada beberapa kendala di jalan, sesuatu yang didapat melalui sentuhan pertama, beberapa urusan yang belum selesai, masih harus dilayani, atau utang yang harus dibayar. Kemudian hidup akan dimulai. Akhirnya saya sadar bahwa rintangan ini adalah hidup saya."

Pandangan ini telah membantu kita untuk melihat bahwa tidak ada cara untuk kebahagiaan. Kebahagiaan adalah cara. Jadi, harta setiap saat yang kita miliki dan harta itu lebih karena kita berbagi dengan seseorang yang istimewa, cukup istimewa untuk menghabiskan waktu kita, dan ingat saat menunggu itu tidak ada.

Jadi, berhentilah menunggu sampai kita menyelesaikan sekolah, sampai kita kembali ke sekolah, sampai kita kehilangan 10 kg, sampai kita mendapatkan 10 kg, sampai kita memiliki anak-anak, sampai anak-anak meninggalkan rumah, sampai kita mulai bekerja, sampai kita pensiun, sampai kita menikah, sampai kita bercerai, sampai Jumat malam, sampai hari Minggu pagi, sampai kita mendapatkan mobil atau rumah baru, sampai mobil atau rumah lunas, sampai musim semi, sampai musim panas, sampai musim gugur, sampai musim dingin, sampai kita tidak sejahtera, sampai pertama atau kelima belas, sampai lagu datang, sampai kita sudah minum, sampai kita mabuk, sampai kita mati, sampai kita dilahirkan kembali untuk memutuskan bahwa tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk menjadi bahagia.

Kebahagiaan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan.

Bekerja seperti kita tidak perlu uang,

Cinta seperti kita tidak pernah terluka,

Dan menari meski tidak ada yang menonton,

Tuhan telah memberikan kita masing-masing "hadiah" yang kita gunakan untuk kebesaran nama-Nya. Apakah kita mengenal diri kita sendiri?

Kisah Motivasi - Lebih Baik Hidup Sederhana dan Kadang-kadang Saja Menikmati Hidup Mewah

Alkisah, ada seorang pria kaya yang tinggal di sebuah kota kecil. Meskipun ia kaya, ia hidup sederhana. Ia memiliki dua putra dan seorang putri. Ia kehilangan istrinya, ketika anak bungsunya berusia hampir tiga tahun. Namun, ia tidak pernah membiarkan anak-anaknya merasa, tidak adanya ibu mereka. Ia mencoba yang terbaik untuk memenuhi keinginan anak-anaknya. Tidak hanya itu, ia sering berbicara kepada anak-anaknya cerita berdasarkan moral, supaya dasar mereka cukup kuat untuk membawa ke masa depan.

Waktu berlalu begitu cepat, pria itu tidak menyadari, bahwa ia sudah di usia tua. Pada saat itulah, anak-anaknya sudah beranjak dewasa.

Suatu hari, si putra sulung datang kepadanya dan bertanya dengan sopan, "Papa, aku punya beberapa bahan diskusi dengan Anda. Bisakah meluangkan waktu untuk itu?"

Ayahnya gembira, dan setuju. Anaknya memulai, "Papa, aku berpikir lama sebelum berbicara dengan Anda, tapi aku tidak pernah mendapat keberanian untuk bertanya. Kini, aku tidak bisa menahan diri untuk mempertanyakan keraguanku ini. Maafkan aku, jika ini menyakiti Anda. Sebenarnya, aku merasa sedikit aneh dua hari sebelum ini ketika Anda menolak memberikan uang kepada seorang pria meskipun Anda tahu ia sangat baik. Seseorang yang dikenal meminta berarti ia sangat membutuhkan itu. Kalau tidak, mengapa ia harus meminta kepada Anda? Selain itu, Anda pernah mengatakan untuk tidak menghabiskan uang secara boros, meskipun Anda memiliki cukup uang. Apakah ada sebab di balik itu?"

Pria tua itu tersenyum dan menepuk punggung anaknya dengan sayang. Setelah jeda sebentar, ia mulai berkata, "Nah, dalam hidup saya, saya telah belajar tiga hal. Pertama, tidak pernah meminjam uang dari orang lain. Kedua, menghabiskan uang dengan strategis. Ketiga, tidak pernah berbohong atau tidak jujur kepada siapa pun."

Biarkan saya beritahumu tentang sesuatu yang belum pernah saya ceritakan sebelumnya karena saya merasa itu tidak penting.

"Kami tidaklah kaya tiga puluh tahun sebelum ini. Saya adalah satu-satunya anak dari orangtua saya. Ayah hanya mendapatkan upah harian yang sedikit. Saya menghabiskan kehidupan yang keras di masa kecil. Ketika Ibu sakit, ayah menghabiskan uang yang ia miliki. Bagian  terburuknya adalah, ketika ia tidak punya tabungan, ia meminjam uang dari orang lain. Hari demi hari, situasi menjadi lebih buruk. Akhirnya, jumlah pinjaman semakin membesar, ia tidak bisa membayar dan stres karenanya, lalu ia meninggal karena serangan jantung. Saya hanya bisa menyaksikannya, saya merasa tak berdaya. Akhirnya saya meninggalkan bangku sekolah. Namun, dengan rahmat Tuhan, saya bisa menikah dengan Ibumu, yang membantu saya, sampai kematiannya. Karena kerja samanya, saya bisa menghemat uang. Sejak saya melihat masalah pada ayah saya, saya berjanji hari itu dan seterusnya, bahwa apa pun mungkin akan datang, saya akan menghemat uang. Itu bukan berarti saya kikir. Saya menghabiskan uang, tetapi hanya bila diperlukan. Apa pun yang kita miliki sekarang, adalah pencapaian kerja keras saya.

Jadi, jelas, saya tidak ingin dimanjakan oleh uang. Pria yang kau maksudkan, telah mengambil uang dari saya dua kali, tapi tidak pernah mengembalikannya. Tampaknya ia memiliki kebiasaan mudah untuk mendapatkan uang dengan meminjam dari orang lain. Sebenarnya, ia bisa bertahan dengan melakukan beberapa pekerjaan. Saya tidak ingin mendorong sikap malasnya yang membuatnya kesulitan di masa depan. Saya tidak ingin menyakitinya, hanya ingin membantunya."

"Untuk pertanyaan kedua, sebelum menjawab, saya ingin menceritakan sebuah cerita pendek, jika kau tidak keberatan," kata pria kaya itu kepada anaknya.

Anak sulungnya itu sangat ingin tahu alasannya, ia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Silakan, Pa. Lanjutkan."

Sang ayah melanjutkan, "Ini adalah cerita dari epos Mahabarata. Suatu hari, Pandawa kekurangan beras, sementara mereka dibuang selama dua belas tahun. Yudistira (anak tertua di antara Pandawa) tidak bisa menemukan solusi apa pun. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim saudaranya Bima untuk kuil Dewa Kekayaan, meminta bantuannya. Ia pun meminta Bima untuk pergi ke kuil dan menyampaikan pesannya. Bima pun melakukan perintah Yudistira. Ketika sampai di kuil, ia benar-benar terkejut, melihat situasi yang luar biasa. Ia melihat dari kejauhan, Dewa Kekayaan sedang sibuk mengambil biji-bijian dari tanah. Ia tertegun dan berpikir sendiri, 'seseorang, yang mengambil butiran beras dari tanah, mana mampu memberikan cadangan gabah dalam jumlah besar!'"

Namun, karena ada perintah dari saudara tuanya, ia tidak punya pilihan lain. Dengan ragu-ragu ia melanjutkan ke Kuil Dewa Kekayaan dan dengan hormat menyampaikan pesan yang diberikan oleh Yudistira. Ketika Dewa Kekayaan melihat Bima, Pandawa kedua, ia sangat senang.

Setelah berbasa-basi, Dewa Kekayaan mengucapkan selamat tinggal pada Bima dan mengatur gerobak yang penuh dengan karung gabah untuk dibawanya. Bima terkejut melihat perilaku rendah hati dan baik dari Dewa Kekayaan. Kemudian ia memulai perjalanannya kembali.

Setelah berjalan beberapa meter, ia menemukan jalan di depannya sangat berlumpur. Tidak mungkin gerobak itu melewatinya. Jadi ia kembali ke kuil Dewa Kekayaan, dan menceritakan kesulitannya.

Dewa Kekayaan dengan dingin mendengarkan masalah Bima. Ia tersenyum dan berkata, "Oh, Bima! Untuk apa kau begitu panik? Turunkan satu atau dua karung gabah di lumpur itu dan lewatlah dengan gerobak melalui itu."

Bima terkejut dan berdiam diri selama beberapa detik. Ia tidak bisa mempercayai diri bahwa orang yang sama, yang mengambil biji-bijian, bisa menyarankannya untuk membuang kantung gabah. Namun, ia berangkat juga dan menuruti nasihat Dewa Kekayaan.

Setelah tiba di rumah, ia menceritakan kejadian yang dialaminya kepada kakaknya dan menyatakan perasaannya sendiri tentang Dewa Kekayaan. Yudistira bisa memahami apa yang dialami Bima. Ia tersenyum dan berkata, "Ini sangat sederhana, Bima. Dewa Kekayaan adalah orang yang mulia. Ia mengajarkan sebuah pelajaran, bahkan sebutir gabah tidak boleh disia-siakan, karena memiliki nilainya sendiri. Oleh karena itu, ia mengambil butiran gabah yang berserakan di tanah. Tapi, ketika tuntutan waktu, membuang karung biji-bijian jika diperlukan tanpa ragu-ragu, mengerti? Itu prinsipnya." Bima menyadari kesalahannya dan merasa malu.

Sang ayah menatap wajah anak sulungnya setelah menyelesaikan ceritanya. Ia kembali melanjutkan, "Jika saya tidak menggunakan uang saya dengan strategis, mungkin, saya tidak bisa mengurus kalian bertiga dengan benar. Saya bisa menghabiskan uang dengan kemewahan atau saya membiarkan kalian bertiga melakukan hal yang sama. Tak satu pun dari kalian bisa berdiri di kaki sendiri sampai sekarang, sementara sumber pendapatan hanya satu, kau tau itu. Hal ini di luar moralitas saya di masa depan, jika uang yang diperlukan untuk kalian harus bergantung pada seseorang untuk membantu. Saya tidak suka sama sekali, dan kau tahu? Siapa pun mungkin menjadi jutawan atau miliarder, jika ia pergi untuk menghabiskan uang dengan boros tanpa penghasilan apapun dan tabungan, maka ia akan menjadi orang miskin, tanpa ragu. Selain itu, setelah kau terbiasa akan hidup mewah, sangat sulit menyesuaikan diri  dengan kehidupan sederhana. Karena uang tidak memiliki jaminan. Jika hari ini kau kaya, besok siapa yang tahu, bagaimana kondisimu? Jadi lebih baik untuk hidup sederhana dan kadang-kadang saja menikmati waktu mewah. Kendalikan uangmu, habiskan waktu dengan bijak, dan hidup seperti raja. Nak, mudah-mudahan saya bisa menjawab pertanyaanmu. Tentu saja, saya tidak yakin apakah kau puas atau tidak."

Sang anak berdiri, mengangguk gembira, menunjukkan bahwa ia cukup puas. Ia meninggalkan tempat itu dengan senyum.

Ya, tidak ada yang bisa melihat besok. Pria tua itu memberi beberapa petunjuk waktu yang baik dan buruk dalam kehidupan, yang mungkin terjadi pada siapa pun. Seberapa jauh anak-anaknya dapat mengambil hikmat, hanya Tuhan yang tahu! Tentu saja, pilihan ada di tangan kita, cara hidup kita, apakah menghabiskan uang dengan boros atau menghabiskan dengan bijak.

Inspirasi - Kisah Lukisan yang Rusak

Alkisah, seorang pelukis terbaik sedang menyelesaikan lukisannya. Lukisan yang sangat indah ini akan ditampilkan selama pernikahan seorang putri Raja.

Pelukis itu sangat senang dan gembira dengan lukisannya sendiri hingga ia tidak sadar telah mengambil beberapa langkah mundur sambil mengagumi lukisannya di kanvas 2 x 8 m. Ia tidak melihat ke belakang saat ia berjalan mundur. Ia terus melangkah mundur sampai menjauh terus hingga ia berada di tepi jurang yang dalam. Selangkah saja ia mundur, maka ia akan terjatuh dan terbunuh.

Seorang pria melihat apa yang dilakukan pelukis itu. Ia hendak berteriak pada pelukis itu untuk memberi peringatan, namun ketika ia menyadari bahwa teriakannya mungkin saja akan membuat terkejut pelukis itu dan justru pelukis itu kebetulan mundur satu langkah hingga jatuh. Pria itu kemudian mengambil kuas dan cat dan mulai melukis pada lukisan yang indah itu hingga benar-benar rusak.

Ketika menyadari apa yang terjadi pada lukisannya, pelukis itu sangat marah dan ia bergerak maju untuk memukul pria itu. Namun, beberapa orang lain yang juga berada di sekitar tempat itu menahannya dan menunjukkan posisi terakhir yang hampir membuatnya jatuh.

Terkadang kita telah menghiasi masa depan kita dengan keindahan dan bermimpi hari-hari indah kita akan dihabiskan dengan orang yang kita kasihi. Tapi kemudian Tuhan sepertinya menghancurkan lukisan yang indah itu ketika Ia mleihat bahaya yang ada di depan kita.

Lalu, kadang-kadang kita marah dan jengkel dengan apa yang sudah Tuhan lakukan untuk kita, atau kita marah kepada atasan di tempat kerja kita. Tapi satu hal yang perlu kita ingat, bahwa Tuhan memberikan hanya yang terbaik untuk kita, umatNya.

Kisah Inspirasi - Kisah Pasangan yang Penuh Cinta

Sepasang suami-istri yang penuh cinta, bepergian dengan bus ke daerah pegunungan. Mereka memutuskan untuk turun di suatu tempat.

Setelah pasangan itu turun, bus itu pun melaju kembali. Baru saja bus meluncur, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung dan menghancurkan bus itu hingga tak berbentuk. Semua orang di dalam bus itu tewas.

Pasangan itu sempat melihatnya, mereka mengatakan, "Kami berharap kami yang berada di dalam bus itu."

Mengapa mereka mengatakan demikian?

Menurut mereka, jika mereka tetap berada di dalam bus dan tidak memutuskan untuk turun, waktu tunda yang dihasilkan bisa dihindari dan mungkin saja batu akan jatuh setelah bus berlalu dari tempat jatuhnya itu.

Selalu berpikir positif dalam hidup dan mencari peluang ketika kita bisa membantu yang lain.

Banyak sekali dalam hidup kita alami, seperti kebalikan dari sukses bukanlah kegagalan, tapi hanya tertunda.

Pemenang tidak pernah menyerah, menyerah berarti tidak akan pernah menang

Kisah Inspirasi - Rahasia Perkawinan Tanpa Pertengkaran

Seorang pelancong dunia mengunjungi sebuah desa kecil di pedesaan Meksiko. Di sebuah café lokal, seseorang bertanya apakah ia sudah menikah.

"Cerai, sebenarnya. Saya tidak pernah bisa menemukan seorang wanita tanpa pertengkaran sepanjang waktu," kata pelancong itu.

"Maka Anda harus berbicara dengan pasangan tua yang tinggal di bukit di luar desa ini. Rumor mengatakan bahwa mereka telah menikah lebih dari 60 tahun dan mereka tidak pernah bertengkar sepanjang waktu," jelas pria di café itu.

"Apa?! Itu tidak mungkin!" kata pelancong itu.

Pria yang ditemui pelancong itu bersumpah bahwa itu benar dan tidak diragukan lagi. Ia menyarankan agar pelancong itu mengecek kebenaran rumor itu sendiri.

Akhirnya, di pagi hari berikutnya pelancong itu mengetuk pintu rumah kecil di atas bukit dan langsung disambut oleh pria tua yang mengundangnya untuk minum teh. Setelah pelancong itu menjelaskan maksud kedatangannya, pria tua itu tersenyum dan mengangguk.

"Ya, benar. Kami memang tidak pernah bertengkar."

"Tolong," kata pelancong itu, "Bisa Anda ceritakan rahasia Anda?"

"Baiklah," kata pria tua itu. "Semuanya dimulai sekitar 60 tahun yang lalu, tepat setelah pernikahan. Kami naik keledai kami kembali ke kota dan ketika jalan menurun tersandung batu, istri saya berkata kepada keledai kami, 'Itu satu.'

Kami melanjutkan perjalanan dan keledai kami tersandung batu yang lain. Ini membuat istri saya langsung mengatakan, 'Itu dua.'

Dua menit kemudian, keledai kami tersandung batu lagi. Istri saya mengatakan, 'Itu tiga.'

Dan kemudian ia menarik sebuah pistol. Saya tidak pernah tahu bahwa ia memilikinya. Dan keledai itu pun ditembak di kepala tanpa berpikir dua kali. Saya sangat terkejut dan berteriak padanya, 'Apa sih yang Kau pikir Kau lakukan itu? Kita membutuhkan keledai itu! Kau gila?'

Istri saya melihat langsung ke mata saya dan berkata, 'Itu satu.'

Dan kami belum pernah bertengkar sejak saat itu."

Inspirasi - Kisah Unta dan Pria di Padang Pasir

Suatu hari seorang pria dan untanya melintasi padang pasir. Malam datang dan suhu berubah menjadi dingin. Pria itu memasang tenda dan mengikat unta. Lalu pria itu pun pergi tidur.

Semakin malam suhu semakin lebih dingin lagi dan unta bertanya kepada pria itu apa mungkin bila ia menempatkan hidungnya di tenda agar lebih hangat. Pria itu sepakat bahwa unta hanya menempatkan hidungnya saja, karena tenda itu kecil dan tidak ada ruang untuk berdua.

Maka hidung unta pun menjadi lebih hangat. Namun, setelah itu beberapa saat suhu semakin lebih dingin.

Unta bertanya lagi kepada pria itu, jika mungkin ia bisa menempatkan hanya kaki depannya karena sangat dingin. Pria itu dengan enggan menyetujui juga unta bisa menempatkan hanya kaki depannya saja dan tidak lebih.

Maka, unta pun memindahkan kaki depannya ke dalam tenda hingga merasa lebih hangat. Setelah beberapa waktu, unta bertanya lagi mungkinkah bila ia memasukkan kaki belakangnya atau bila tidak ia tidak akan mampu untuk melakukan perjalanan keesokan harinya dengan kaki beku.

Pria itu pun setuju dan sekali lagi unta memindahkan kaki belakangnya ke dalam tenda. Kini, tidak ada lagi ruang lebih banyak untuk pria itu, dan pria itu pun ditendang keluar oleh unta.

Niat baik kadang-kadang juga harus dipikirkan terlebih dahulu.

Kisah Inspirasi - Singa, Rubah, dan KeledaiKisah

Alkisah, seekor singa tinggal di sebuah hutan. Ia tinggal bersama dengan hamba setianya, rubah. Singa akan berburu untuk dirinya sendiri, setelah ia makan bagian terbaik dari mangsanya, ia akan memberikan rubah sisa-sisa makanan.

Keduanya hidup bahagia bersama dalam damai selama bertahun-tahun sampai mereka berdua tua dan semakin lemah. Suatu hari singa terluka dalam perkelahian dengan gajah. Ia merasa sulit untuk bergerak dan berburu makanan.

"Rubah sayang, kita berdua akan mati kelaparan bila seperti ini," katanya kepada rubah suatu malam. "Aku tidak bisa pergi keluar untuk berburu lagi. Sudah saatnya bagimu untuk membawakan saya seekor binatang."

Keesokan paginya rubah mengatur diri dalam mencari mangsa. Ketika itu ia melihat seekor keledai sedang merumput di tepi hutan.

"Halo," kata rubah kepada keledai. "Kau nampak sangat sedih. Apa yang terjadi?"

"Saya muak hidup sebagai binatang pembawa beban," jawab keledai. "Saya membawa pakaian tuanku, tukang cuci, setiap hari, namun ia tidak pernah bersyukur. Sebaliknya, ia memukul saya dan berbicara kasar kepada saya. Saya tidak pernah bisa berbicara karena saya tidak pernah bebas. Saya sangat lelah."

"Menyedihkan sekali," kata rubah. "Tidak adil bila tuanmu seperti itu. Engkau tidak bisa menjadi budak bagi pria itu selama hidupmu. Datanglah kepada saya, dan temukan kebahagiaan di hutan. Setiap hewan bebas dan damai. Engkau bisa mendapatkan banyak makanan, tempat tinggal yang lebih baik, dan jika engkau inginkan, pasangan."

Keledai memandang rubah dengan berbunga-bunga, "Pasangan?" serunya dengan berbinar-binar.

"Ya, pasangan juga," kata rubah. "Aku tahu seekor keledai betina yang akan menjadi pasangan terbaikmu. Dia juga kesepian dan mencari pasangan. Ia ingin membesarkan keluarga. Ini bukan hidupmu," tambahnya.

"Ah, saya pikir kau benar juga," jawab keledai serius. "Saya akan datang kepadamu dan mengajarkan tuanku sebuah belajaran. Saya berhak memiliki kehidupan yang lebih baik."

Maka keledai itu pergi bersama rubah ke hutan dan mereka datang ke kandang singa. Sebelum ia tahu apa yang terjadi, singa melompat dan menerkam keledai. Tetapi karena singat cedera dan usianya sudah tua, ia tidak berhasil. Keledai yang ketakutan, lari secepat ia bisa dari sarang itu.

"Makhluk tidak sabar!" teriak rubah marah kepada singa. "Mangsa lolos karena kebodohanmu. Tidak bisakah engkau menunggu sebentar saja, baru kemudian menerkamnya?"

"Yah," jawab singa, "itu bukan kesalahanku. Kau tidak membawanya cukup dekat denganku. Aku terlalu lapar, jadi aku melompat ke arahnya dengan terburu-buru."

Rubah menggeleng putus asa dan berkata, "Oke, aku akan membawanya kembali. Kali ini, siapkan diri untuk menerkam dan membunuhnya, sebelum ia melarikan diri."

Rubah mengejar keledai, yang sedang menuju kembali ke kota. "Hei, tunggu," seru rubah. "Apa yang terjadi? Mengapa kau lari?"

Keledai berhenti dan menatap rubah. "Siapa tadi dengan mata yang menyala itu?" tanyanya. "Mengapa ia melompati ke saya seperti itu?"

Menyadari bahwa keledai tidak tahu itu singa, rubah dengan pintar menjawab, "Keledai sayang, itu pasangan wanitamu. Ia telah melakukan banyak puasa dan doa untuk menemukan pasangan yang baik. Puasa yang dilakukannya membuatnya tak terlihat, kecuali matanya yang cerah. Ia senang melihatmu, karena bertahun-tahun memimpikan pasangan, makanya ia melompat ke arahmu. Tetapi, engkau malah kabur."

"Oh, saya sangat menyesal," kata keledai. "Saya akan kembali dan melihatnya lagi."

Mereka kembali ke sarang singa. Kali ini singa berhati-hati dan berkata dengan suara lembut, "Mendekatlah, sayangku. Aku mencintaimu."

Keledai tersipu dan melangkah lebih jauh ke dalam ruangan yang gelap, berpikir pasangannya menunggu. Singat mengangkat cakar, dan membunuh keledai itu seketika.

Rubah senang.  Tuannya telah membunuh mangsanya, dan mereka akan menikmati makanan yang lezat setelah terlalu lama kelaparan. Ia punya ide dan berkata kepada singa, "Tuan, Anda lelah. Anda harus pergi dan menyegarkan diri dengan mandi di sungai sebelum makan makanan lezat ini."

"Itu benar," kata singa. "Saya merasa panas dan sudah kelelahan. Berjaga-jagalah di atas tubuh ini sampai aku kembali." Lalu singa meninggalkan sarang dan pergi ke sungai untuk berenang.

Namun, rubah lapar. Ia melihat keledai mati, dan berpikir, "Saya telah memenangkan permainan ini dengan kecerdasan saya. Singa pasti akan mengambil bagian terbesar dari makanan untuk dirinya sendiri, seperti biasa. Ini tidak adil. Nah, kali ini saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya akan menyelesaikan makan sebelum dia kembali. "

Maka rubah makan otak dan telinga keledai itu dengan lahap. Ketika singa kembali, dia melihat keledai  mati itu dan bertanya dengan marah, "Apa yang terjadi dengan telinga dan otaknya? Siapa yang memakannya? Saya meminta kau untuk berjaga-jaga sementara aku pergi mandi."

"Tuanku," jawab rubah, "keledai tidak punya telinga atau otak. Jika dia punya, apakah Anda pikir dia akan datang ke sini lagi untuk kedua kalinya?"

"Tentu saja dia tidak akan, kau sangat benar," kata singa. "Aku akan makan lebih dulu, kemudian kau sisanya. Engkau sudah bekerja keras u ntuk ini. Kau juga layak makan." 
Rubah duduk di salah satu sudut dan tertawa sendiri sementara singa makan apa yang tersisa pada tubuh keledai. Ia telah menipu singa perkasa itu denagn kecerdasan dan kecerdikan.

Inspirasi - Teladan dari Orangtua

Dengan tertatih-tatih ayah pergi ke kamar mandi untuk memulai kegiatan sehari-harinya, bersiap-siap untuk pergi bekerja. Ketika hendak mengambil alat cukur untuk mencukur jenggotnya yang tumbuh di wajahnya, ia melihat anak laki-lakinya masuk dari lorong ke dalam kamar mandi.

Dengan menguap dan menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk, anak laki-laki itu naik ke atas tumpukan pakaian di samping ayahnya serta mulai melakukan gerakan yang sama seperti yang dilakukan oleh ayahnya.

Karena ingin tahu, sang ayah terus terus melanjutkan kegiatannya dengan membubuhkan penyegar muka setelah bercukur yang baunya cukup keras. Anaknya menirukan dengan mengambil botol yang sama, menuangkan sedikit dan mengusapkannya ke wajahnya yang mungil.

Kemudian anak itu menoleh kepada ayahnya, dan berkata, "Saya sedang bersiap untuk pergi kerja seperti Ayah."

Lalu ayahnya berpikir, sadar betapa pentingnya teladan kehidupannya bagi anaknya. Suatu hari nanti, anaknya akan bertumbuh seperti dirinya dalam banyak hal.

Kehidupan kita adalah sebuah kitab yang terbuka, bukan hanya anak-anak kita yang meneladani hidup kita, namun adik, kakak, sahabat dan rekan kerja kita bisa dipengaruhi oleh teladan kehidupan kita. Untuk itu, pastikan teladan kehidupan kita adalah teladan yang baik, sebuah gaya hidup yang positif dan seturut dengan kehendak Tuhan.

Kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri, karena karena kehidupan kita untuk memberi dampak yang baik dan positif bagi sekeliling kita terutama anak-anak kita dan keluarga kita

Monday, May 4, 2015

Inspirasi - Kita Memiliki Pilihan untuk Hidup Sepenuhnya

 Jerry adalah tipe pria yang tidak mungkin kita benci. Ia selalu dalam suasana hati yang baik dan selalu memiliki yang positif untuk dikatakan. Ketika seseorang bertanya kepadanya bagaimana ia melakukan itu, ia akan menjawab, "Jika saya lebih baik, saya akan kembar!"

Jerry adalah seorang manajer yang unik karena memiliki beberapa pelayan yang mengikutinya dari restoran ke restoran. Alasan para pelayan itu mengikuti Jerry adalah karena sikapnya. Ia adalah seorang motivator alami. Jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, Jerry ada di sana, memberitahu karyawannya itu bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang sedang dialaminya.

Melihat gaya tersebut benar-benar membuat temannya, Jeff, penasaran. Suatu hari ia menemui Jerry dan bertanya padanya, "Aku tidak mengerti! Kau tidak bisa menajdi orang yang positif sepanjang waktu. Bagaimana kau melakukannya?"

Jerry menjawab, "Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, ' Jerry, Anda memiliki dua pilihan hari ini. Anda dapat memilih untuk berada dalam suasana hati yang baik atau Anda dapat memilih untuk berada dalam suasana hati yang buruk.' Aku memilih untuk berada dalam suasana hati yang baik. Setiap kali sesuatu terjadi,  aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku bisa memilih untuk belajar dari itu. Aku memilih untuk belajar dari itu. Setiap kali seseorang datang mengeluh kepadaku, aku bisa memilih untuk menerima keluhan merka atau aku dapat mengambil sisi positif dari itu. Aku selalu memilih sisi positifnya."

"Ya benar, tapi itu tidak mudah," protes Jeff.

"Ya," kata Jerry. "Hidup adalah sebuah pilihan. Ketika kita memotong semua sampah, setiap situasi itu adalah sebuah pilihan. Anda memilih bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi. Anda memilih bagaimana orang akan mempengaruhi suasana hati Anda. Anda memilih untuk berada dalam suasana hati yang baik atau mood yang buruk. Intinya, ini adalah pilihanmu, bagaimana Anda hidup."

Jeff merenungkan apa yang dikatakan Jerry. Setelah itu mereka kehilangan kontak, karena Jeff memulai bisnisnya sendiri. Tapi Jeff masih sering terpikir ketika ia harus membuat pilihan tentang kehidupan.

Beberapa tahun kemudian, terdengar kabar bahwa Jerry melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya dalam bisnis restoran. Ia meninggalkan pintu belakang terbuka pada suatu pagi, lalu ia berada di bawah todongan senjata oleh tiga perampok. Ketika mencoba untuk membuka brankas, tangannya gemetar karena gugup, hingga terlepaslah kuncinya. Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah 18 jam operasi dan seminggu perawatan intensif, Jerry bisa meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bekas peluru di tubuhnya.

Jeff menjenguk Jerry enam bulan setelah musibah tersebut. Ketika Jeff bertanya bagaimana keadaannya, ia menjawab, "Jika saya lebih baik, saya akan kembar. Ingin meilhat bekas luka saya?"

Jeff menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi ia masih juga bertanya apa yang dipikirkannya saat terjadinya perampokan. "Hal yang pertama terlintas dalam pikiranku adalah aku harus mengunci pintu belakang," jawab Jerry. "Lalu, aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup, atau aku bisa memilih untuk mati. Dan aku memilih untuk hidup."

"Apakah kamu tidak takut? Apakah kau kehilangan kesadaran?" tanya Jeff.

Jerry melanjutkan, "Para ahli medisnya hebat! Mereka terus berkata bahwa aku baik-baik saja. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan aku melihat ekspresi wajah para dokter dan suster, aku jadi takut. Di mata mereka, aku membaca, 'Orang ini sudah mati.' Aku tahu aku harus mengambil tindakan. Lalu, perawat bertanya apakah aku punya alergi. 'Ya', jawabku. Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku mengambil napas dalam-dalam dan berteriak, 'Peluru!' Di tengah tawa mereka, aku mengatakan kepada mereka, 'Aku memilih untuk hidup. Saat operasi aku seolah-olah hidup, tidak mati."

Jerry dapat hidup bukan saja karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan. Kita belajar bahwa tiap hari kita memiliki pilihan untuk hidup sepenuhnya.

Inspirasi - Ketekunan akan Menghasilkan Solusi

Suatu hari, dua ekor katak sedang menikmati hari di sebuah gudang, ketika tanpa sengaja mereka terjatuh ke dalam ember yang berisi krim dan mereka tidak bisa keluar. Kedua katak terus berenang di  dalam ember itu agar tidak tenggelam. Setiap kali mereka mencoba untuk keluar, tapi ini membuat mereka kelelahan.

Salah satu dari katak itu berkata, "Ini tidak berguna, kita harus menyerah." Tapi katak lainnya mengabaikan komentar itu dan terus berenang. Akhirnya, katak yang pesimis itu menyerah dan tenggelam.

Katak lainnya merasa sedih karena kehilangan temannya, namun ia tidak akan menyerah. Ia terus berenang dan berenang. Akhirnya, krim itu berubah menjadi mentega, dan katak pun bisa naik untuk keluar dari ember.

Kisah ini menunjukkan bahwa jika kita tersandung dan lain-lain yang mencoba untuk menarik kita ke bawah, maka kita harus terus berenang. Karena pada akhirnya krim itu akan berubah menjadi mentega dan menjadi sarana untuk kita keluar dari ember.

Kadnag-kadang kita bisa merasakan situasi yang tidak berguna dan tidak mungkin. Tapi dengan berjalannya waktu, dengan ketekunan kita maka kita dapat menemukan solusi dan menerima hasil yang positif.

Inspirasi - Kehidupan yang Membuat Perbedaan

"Bagaimana Anda menjelaskan prestasi yang luar biasa dalam hidup Anda?" tanya Ratu Victoria dari Inggris kepada Hellen Keller. "Bagaimana Anda menjelaskan fakta, meskipun Anda buta dan tuli, Anda mampu mencapai prestasi begitu banyak?"

Jawaban Keller merupakan pengharaan atas dedikasi gurunya. "Kalau bukan karena Anne Sullivan, nama Hellen Keller tetap tidak akan diketahui."

Pembicara Zig Ziglar pun berkisah sedikit tentang "Little Annie" Sullivan, begitu sebutannya ketika kecil. Little Annie tidak asing dengan segala kesulitan. Ia hampir buta, karena demam waktu kecil, dan pada satu waktu, didiagnosis putus asa oleh pengasuhnya. Ia terkunci di ruang bawah tanah rumah sakit jiwa di luar Boston. Pada setiap kesempatan Little Annie dengan keras akan menyerang siapa saja yang datang mendekat. Sebagian besar waktunya diabaikan oleh orang lain.

Sementara seorang perawat lansia percaya ada harapan, dan ia ingin menunjukkan kasihnya kepada anak itu. Setiap hari ia mengunjungi Little Annie. Namun, anak itu tidak mengakui kehadiran perawat itu, tetap saja perawat itu mengunjunginya. Wanita ramah itu meninggalkan kue untuk anak itu dan berbicara dengan kata-kata cinta dan semangat. Ia percaya Little Annie bisa sembuh, kalau saja ia menunjukkan cinta.

Akhirnya, dokter melihat perubahan dalam gadis itu. Ketika mereka pernah menyaksikan kemarahan dan permusuhan, sekarang mereka mencatat munculnya kelembutan dan cinta. Mereka memindahkannya ke lantai atas, dan ia terus membaik. Hingga kemudian akhirnya datang hari yang tampaknya menjadi "harapan" gadis itu.

Anne Sullivan tumbuh menjadi seorang wanita muda dengan keinginan untuk membantu orang lain saat ia, dirinya sendiri, dibantu oleh perawat yang penuh kasih. Ia melihat potensi besar pada Hellen Keller. Ia mencintainya, disiplinnya, bermain dengannya, mendorongnya, dan bekerja dengannya sampai lilin berkedip-kedip menjadi mercusuar yang terang bagi dunia. Anne Sullivan membuat keajaiban dalam hidup Hellen, layaknya seorang perawat yang penuh kasih ketika pertama kali percaya pada Little Annie, hingga anak yang tidak komunikatif itu menjadi guru penuh kasih.

"Kalau bukan karena Anne Sullivan, nama Hellen Keller akan tetap tidak diketahui." Tapi jika bukan karena perawat khusus pun, nama Anne Sullivan akan tetap tidak diketahui. Begitu seterusnya. Seberapa jauh lingkaran rantai terima kasih itu akan panjang?

Mereka yang telah berusaha untuk mencapainya, apakah berada di dalam keluarga kita atau di tempat lain, adalah bagian dari rantai cinta yang dapat memperpanjang melalui generasi kita. Pengaruh kita pada kehidupan mereka, apakah kita melihat hasilnya, tidak terukur. Warisan kebaikan kita berdedikasi dan kepedulian kita dapat mengubah hidup yang hilang dan putus asa.

Kita tidak pernah bisa melebih-lebihkan kekuatan cinta kita. Cinta ini adalah api yang, sekali menyala, dapat membakar selamanya.