Thursday, May 15, 2014

Dua Ekor Elang

Alkisah, seorang raja menerima hadia dua ekor elang indah dari Arab. Burung-burung itu paling indah yang pernah dilihatnya. Ia memberikan burung berharga itu kepada pelatih burung elang untuk dilatih.

Bulan berlalu. Suatu hari pelatih burung elang memberitahu raja bahwa salah satu elang dapat terbang anggun, melambung tinggi di langit. Namun, burung satunya lagi tidak pernah beranjak dari cabang tempatnya berpijak.

Raja memanggil orang pintar dari segala penjuru untuk membuat elang itu terbang, tapi sayangnya burung elang itu tak kunjung terbang jua. Raja sering melihat melalui jendela istana, bahwa burung itu masih belum beranjak dari tempatnya bertengger. Setelah mencoba segala hal, akhirnya raja itu berpikir, "Mungkin aku butuh seseorang lebih akrab dengan pedesaan untuk memahami sifat dari masalah ini."

Lalu raja berkata pada petugas istana, "Pergi dan carilah petani."

Pagi harinya, sang raja sangat senang melihat elang itu bisa melonjak tinggi di atas taman istana. Ia mengatakan kepada para petugas istana, "Bawa padaku siapa yang bisa membuat keajaiban ini."

Akhirnya seorang petani datang dan berdiri di hadapan raja. Raja bertanya, "Bagaimana Anda bisa membuat elang itu terbang?"

Dengan kepala tertunduk, petani itu berkata kepada raja, "Itu sangat mudah, Yang Mulia. Aku hanya memotong cabang pohon di mana burung itu bertengger."

Kita semua sebenarnya bisa "terbang" dengan menyadari potensi luar biasa dalam diri kita sendiri. Tapi bukannya bukannya melakukan itu, kita duduk di cabang masing-masing, dan berpegangan pada hal-hal yang asing bagi kita. Maka, marilah kita belajar untuk menghancurkan ketakutan kita yang melekat dan membaskan diri untuk bisa terbang demi potensi diri kita.

Kelak Saya Akan Mengetuk Pintu dan Mengembalikan Uang Anda

Mei Guanghan (66) 24 tahun lalu meminjam uang sebesar 70.000 yuan atau sekitar Rp124 juta dari puluhan tetangganya di Desa Tingpang, Provinsi Zhejiang, China, untuk biaya pengobatan istrinya.

Sejak saat itu, satu-satunya tujuan hidup Guanghan adalah membayar lunas utangnya kepada semua tetangga yang telah membantunya.

Dulu, Guanghan, istrinya, Ren Chun'ai, dan seorang putri berusia 15 tahun hidup berkecukupan dan bahagia. Namun, kehidupan pria ini berubah pada April 1990 ketika sang istri pergi ke kota untuk membeli makanan.

Ren Chun'ai mengendarai traktor untuk pergi ke kota. Dalam perjalanan pulang, dia terlibat kecelakaan yang cukup fatal.

"Di pegunungan dua traktor berjalan dengan arah yang sama. Saya membelokkan traktor, tetapi rodanya tergelincir dan saya terjatuh ke dalam lembah," kenang Ren Chun'ai.

Saat jatuh, Ren menghantam bebatuan yang kemudian menyebabkannya koma. Biaya pengobatan untuk menyelamatkan Ren sangat besar dan tak bisa ditanggung pendapatan Guanghan yang hanya seorang petani biasa.

Karena cintanya yang besar kepada sang istri, Guanghan akhirnya harus mengetuk pintu setiap rumah tetangga di desanya untuk meminjam uang berapa pun yang mereka punya demi membayar biaya perawatan sang istri.

Tak hanya meminjam, Guanghan mencatat nama semua orang yang membantunya dan jumlah uang yang mereka pinjamkan. Kepada semua orang yang membantunya, Guanghan berjanji akan membayar utangnya.

"Satu hari kelak, saya akan datang kembali, mengetuk pintu dan mengembalikan uang Anda," kata Guanghan saat itu.

Rupanya, Guanghan tidak main-main dengan janjinya itu. Selama 15 tahun berikutnya, dia rela hidup pas-pasan agar bisa menyisihkan uang untuk membayar utang-utangnya. Saat uang yang dikumpulkan sudah cukup, dia akan mendatangi seorang tetangganya dan mengembalikan uang yang pernah dipinjamnya.

Pekan ini, adalah tahun ke-24 Guanghan tak lupa membayar utangnya, dan pekan ini lunas sudah dia membayar seluruh utangnya, kecuali untuk empat keluarga yang pindah dari desa itu dan tidak bisa dihubungi.

Namun, Guanghan tetap berencana untuk melacak keberadaan keempat bekas tetangganya itu dan mengembalikan uang mereka.

Keteguhan Guanghan memegang janji memang berimbas pada kehidupannya. Pendapatannya yang rendah membuat dia dan istrinya harus hidup di sebuah gubuk satu kamar yang nyaris tanpa perabotan.

Sangat menakjubkan melihat Guanghan mampu menyisihkan uang yang seharusnya bisa dia gunakan untuk membeli keperluan sehari-hari. "Saya tak mempunyai pilihan. Janji adalah janji dan saya tak bisa mengambil tanpa memberi sesuatu," kata dia.

Di samping itu, Guanghan juga harus merawat sang istri, yang meskipun nyawanya terselamatkan, tetapi menjadi lumpuh akibat kecelakaan itu. Setiap pagi selama 24 tahun Guanghan secara rutin memandikan lalu memberi istrinya makan. Semuanya dilakukan karena Guanghan yakin rumahnya akan kosong tanpa kehadiran sang istri.

Meski Guanghan sudah membayar lunas semua utangnya, dia tetap menyimpan buku kecil berisi catatan nama-nama tetangga yang membantu memberi pinjaman uang. 

Dia berniat mewariskan buku itu kepada anak cucunya agar mereka tak pernah melupakan jasa orang-orang yang menyelamatkan nyawa sang ibu. "Jangan pernah tidak berterima kasih," kata Guanghan penuh ketulusan. (kompas.com)

Jadikan Diri Sendiri Lebih Baik

Suatu sore, seorang pemuda datang ke sebuah restoran yang menjual ayam goreng dan membeli 9 potong ayam. Ia membawa ayam gorengnya ke taman, untuk dinikmati bersama kekasihnya di bawah sinar rembulan yang romantis. Ketika membuka bungkusan ayam goreng itu, pemuda itu terkejut. Bukan ayam yang didapatinya, melainkan uang hasil penjualan restoran itu sebanyak 9000 dollar. Pemuda itu kemudian mengembalikan uang itu dan meminta ayam goreng sebagai gantinya.

Pemilik restoran, merasa kagum atas kejujuran si pemuda, menanyakan namanya dan mengatakan hendak menelpon wartawan surat kabar dan stasiun televisi agar membuat cerita tentang si pemuda. Ia akan menjadi pahlawan, sebuah contoh nilai kejujuran dan moral yang akan mengilhami yang lain! Namun pemuda yang sedang lapar itu menolaknya.

"Kekasihku sedang menunggu. Aku hanya ingin ayam gorengku," kata pemuda itu. Pemilik restoran menjadi semakin kagum atas sikap si pemuda yang begitu rendah hati. Ia memohon agar diijinkan menceritakan kejadian itu kepada wartawan.

Pada saat itulah si pemuda jujur menjadi marah dan meminta ayam gorengnya. "Aku tidak mengerti," kata pemilik restoran. "Anda adalah satu-satunya pemuda jujur di tengah dunia yang tidak jujur! Ini merupakan suatu kesempatan yang baik untuk mengatakan kepada dunia bahwa masih ada orang-orang jujur yang mau bertindak benar. Saya mohon, beritahukan nama Anda dan juga nama wanita itu. Apakah ia istrimu?"

"Itulah masalahnya," kata si pemuda. "Istriku ada di rumah. Wanita di dalam mobil itu adalah kekasihku. Sekarang berikan ayam gorengku agar aku dapat pergi dari sini."

Mudah untuk terlihat baik di depan orang-orang yang tidak mengenalmu. Banyak di antara kita yang melakukan perbuatan baik di sana sini, pergi ke tempat ibadah, berkata benar, dan semua orang mengira kita adalah sosok ideal, padahal yang sebenarnya tidak demikian. Yang terpenting adalah apa yang ada di dalam hatimu.

Tidaklah penting berapa banyak hal yang kau perbuat atau apa yang orang lain kira tentang dirimu. Yang penting adalah hal yang terdalam. Jangan lakukan sesuatu supaya orang lain menyukaimu atau supaya seseorang kagum padamu. Lakukan sesuatu untuk dirimu sendiri, jadikan dirimu seseorang yang lebih baik.

Monday, May 12, 2014

Kasih Itu Terlihat

Seorang wanita tua berada di emperan toko sore itu. Hujan deras membuat tubuhnya sedikit basah. Dia tak bisa segera pergi dari tempat itu karena memang kakinya telah lumpuh puluhan tahun silam. Setiap pagi dia diantar oleh anaknya dan harus menunggu sampai larut malam sampai dijemput oleh anaknya yang bekerja di kota lain.

Wanita tua itu membiarkan orang-orang melaluinya begitu saja. Sampai pada akhirnya ada seorang pejalan kaki berpayung dipanggilnya, "Apakah Anda bisa menolong saya untuk pulang?"

"Oh tentu saja, Nek."

"Tapi saya lumpuh."

"Saya akan menggendong Nenek."

Laki-laki itu pun menggendong wanita tua itu sampai di rumahnya. "Mengapa Nenek memilih meminta tolong kepada saya? Padahal banyak orang yang bisa Nenek mintai tolong."

"Saya sudah lama berada di jalan itu Nak, dan saya hapal setiap pandangan mata orang. Mereka tidak mempedulikan saya. Namun pandangan matamu berbeda Nak. Kasih itu terpancar dari matamu dan saya yakin bahwa kamu akan menolong saya."

Kasih sejati itu akan terpancar dengan sendirinya walau tidak diberitahukan sebelumnya. Orang yang memiliki kasih akan membuat orang lain yang melihatnya menjadi sangat nyaman dan tidak ragu untuk mendekat.

Banyak berbagai macam tipe manusia di dunia ini, namun hanya sedikit dari mereka yang mau mengasihi sesama dengan tulus. Andakah dari sekian itu yang memiliki kasih?

Jangan Pernah Meremehkan Apapun

Alkisah, dua orang pemuda yang mendapat pekerjaan sebagai tukang bangunan. Proyek yang harus mereka jalankan adalah membangun sebuah rumah milik saudagar kaya. Pemuda pertama, yang bertubuh besar mendapat tugas membuat pintu dan kayu. Sedangkan pemuda kedua yang bertubuh kecil mendapat tugas mengaduk semen dan menyusun batu bata.

Pemuda pertama senang karena menganggap pekerjaannya sangat mudah dan tidak perlu banyak tenaga, pemuda kedua tidak banyak mengeluh karena dia berpikir akan memberikan yang terbaik.
Saat tiba di lokasi pembangunan, sang pemuda pertama sangat terkejut karena rumah yang dibangun ternyata rumah model kuno, memerlukan pintu dan jendela yang penuh ukiran. Sang mandor langsung mengajarkan cara mengukir pada pemuda pertama. Meskipun telah diajarkan berkali-kali, sang pemuda pertama tidak bisa mengukir dengan baik, karena sejak awal dia berpikir bahwa pekerjaannya mudah sehingga menyepelekan.

Berbeda dengan pemuda kedua, dia bisa mengaduk semen dan menyusun bata dengan baik walaupun hanya diajarkan sekali. Timbullah niat untuk bertukar posisi. Pemuda pertama menawarkan diri untuk menggantikan si pemuda kedua, merekapun bertukar pekerjaan.

Saat sore tiba, sang mandor kembali ke rumah yang dibangun. Dia terpesona dengan satu pintu yang memiliki ukiran halus dan indah. "Siapa yang membuat ukiran ini?" tanya sang mandor. Pegawai yang lain langsung menunjuk ke arah pemuda kedua.

Sang mandor langsung menghampirinya lalu bertanya bagaimana si pemuda yang tidak memiliki latar belakang mengukir bisa menghasilkan ukiran pintu yang indah.

"Bagi saya, sederhana saja pak," ujarnya dengan wajah yang rendah hati. "Lakukan semuanya dengan tulus dan jangan pernah meremehkan apapun. Dengan begitu, saya lebih mengerti saat diajarkan dan bersungguh-sungguh mengerjakannya," lanjut sang pemuda.

"Jika kita bekerja dengan kesungguhan hati, maka hasilnya akan luar biasa. Hal yang paling menakutkan bukanlah mendapat pekerjaan yang sulit, tetapi mendapat pekerjaan yang mudah. Karena saat mendapatkan pekerjaan yang mudah, kita cenderung meremehkannya."

Satu pelajaran hebat dari seorang tukang bangunan. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi kita semua