Saturday, July 16, 2011

Cerita Inspiratif - Yang Terbaik

Sudah menjadi hal yang umum, jika ada frasa atau ungkapan 'yang terbaik' maka itu diartikan menjadi yang terbaik dalam pengertian lewat atau untuk mengalahkan orang lain.
 
Beberapa hari yang lalu saya ikut serta dan sebagian menjadi penonton dan penikmat beberapa perlombaan, hiburan, dan sebagian besar saya anggap sebagai kegembiraan. Beberapa perlombaan itu adalah sepakbola, paduan suara, dan tari poco-poco.
 
Ketiga perlombaan ini adalah permainan tim atau hal yang dilakukan secara bersama-sama, tentu dengan kekuatan dan kekhasan individu-individu masing-masing.
 
Terjadi hal-hal yang menarik di sekitar lomba-lomba ini. Ketiga lomba ini, boleh disebut agak berbeda-beda tingkat kesulitannya, dalam hubungannya dengan nilai atau penilaian tampilan.
 
Pertandingan sepakbola dipimpin oleh wasit, tapi hasil sangat nyata saat pertandingan yang ditampilkan para pemain. Wasit hanya memandu agar permain sesuai aturan atau agar permainan berlangsung sesuai peraturan itu. Atau wasit mengarahkan agar permainan berlangsung bukan atas keinginan satu tim.
 
Paduan suara, berbeda dari sepakbola, akan dinilai oleh biasanya tiga orang juri. Jadi penilaian berdasarkan pandangan para juri ini, yang tentu mungkin ada semacam panduan atau kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Tapi tetap saja, penilaian ini berdasarkan 'selera' atau persepsi para juri.
 
'Selera' atau persepsi para juri di sini menjadi menarik, karena 'selera' dan persepsi ini sangat banyak hal-hal yang menentukan yang membentuk persepsi mereka. Apa yang dimaksud dengan penguasaan panggung? Apa yang dimaksud dengan penghayatan lagu? Apakah lagu yang sama harus dihayati dengan cara yang sama oleh semua orang?
 
Apakah kalau lagunya cadas (rock) maka penyanyinya harus meloncat-loncat dan berteriak-teriak? Apakah kalau lagunya tenang dan syahdu, penyanyi tidak tepat kalau duduk atau berdiri saja, tanpa gerakan melangkah bahkah tanpa gerakan tangan yang melambai-lambai?
 
Selain hal yang harus ada – fairness dan integritas – maka, untuk membentuk persepsi, siapa pun membutuhkan pengetahuan. Dan untuk menilai penghayatan bagi seseorang, orang lain tidak akan bisa mengukurnya dengan tepat. Karena penghayatan adalah personal. Siapa yang bisa mengukur dengan tepat penghayatan seseorang akan sebuah lagu?
 
Tarian poco-poco lebih menarik diperhatikan daripada sepakbola atau paduan suara. Jika sepakbola para pemainnya bisa saling menggantikan, yang jelas, pemain di lapangan tidak melebihi jumlah maksimal yang ditentukan. Tapi paduan suara jika pesertanya berkurang, maka peserta nyanyi berkurang maka hanya mengurangi kekuatannya. Tapi jika peserta tarian poco-poco misalnya berkurang, maka berkurangnya satu atau dua orang akan 'mengacaukan' keseluruhan tarian. Mengapa? Karena tarian adalah satu secara keseluruhan, karena menyangkut semua urut-urutan gerak dan gaya dan pola tapi terutama menyangkut formasi posisi para penari.
 
Lebih daripada semua hasil dari usaha kebersamaan ini, ada yang lagi yang begitu penting yang sering terlupakan atau terabaikan: yakni mengenai apa yang diperoleh dari itu semua.
 
Hampir semua peserta, barangkali menginginkan juara – tepatnya juara satu. Tapi di saat bersamaan, juga lupa bahwa yang menjadi juara satu hanya satu tim. Maka sebenarnya, setiap peserta harus siap untuk menjadi juara dua bahkan tidak menjadi juara.
 
Yang lebih penting tadi – apa yang diperoleh dari aksi itu – adalah akan menjadi bagaimana selama dan setelah kegiatan itu daripada hasil berupa trofi atau pengumuman juara.
 
Ketika peluit ditiup pertanda berakhir atau ketika juri mengumumkan hasil, maka dari pengalaman, bukan hasil itu yang paling dikenang atau diingat atau menjadi pelajaran yang paling penting, tapi proses dan segala yang terjadi selama latihan atau selama perlombaan.
 
Ketika latihan-latihan yang berulang-ulang dan biasanya mengalami perbaikan tahap demi tahap, maka saat-saat itulah yang membentuk diri peserta. Bagaimana menjaga kata-kata ketika seorang rekan tidak sama gerakannya. Bagaimana menunggu rekan yang datang terlambat. Bagaimana mendengarkan rekan yang terkadang perkataannya, mungkin menyakitkan hati bagi rekan lainnya. Bagaimana menjaga agar keakraban tidak berhenti atau buyar saat seseorang mengundurkan diri, umpamanya.
 
Ketika ini terus-menerus dihayati, maka saat-saat itulah sebenarnya inti dari segala yang berbentuk kerjasama tim. Apa yang terjadi selama latihan itu sangat membentuk diri masing-masing, dan ada lagi yang sangat penting di sana: Saat-saat itulah kita mengenal rekan kita dengan lebih baik.
 
Kalau ini selalu menjadi penghayatan, maka setiap peserta akan dengan terbuka untuk menerima kelemahan atau kekurangan rekan. Sering diungkapkan bahwa pada untaian rantai, maka pada mata rantai yang paling lemahlah terletak batas kekuatan untaian rantai itu.
 
Jika mengingat ini, maka apa yang bisa diperbuat maksimal bukanlah mengalahkan atau mengungguli tim atau orang lain, tapi menampilkan atau menghasilkan yang terbaik yang bisa dilakukan. Karena bagaimana pun dalam dunia manusia ini tidak semua bisa menjadi yang tercepat, terkuat, terjauh, terbaik, kalau dibandingkan dengan yang lain. Selalu ada batas di mana seseorang tidak bisa mengungguli yang lain.  Bagaimana pun tidak bisa semua orang menciptakan rekor lari sprint jarak 100 meter. Tapi setiap orang akan bisa mencapai waktu tercepat lari 100 meter bagi masing-masing. Bagaimana pun kita semua tidak bisa mengungguli Sarah Brightman, Chloë Agnew, Katherine Jenkins, Hayley Westenra atau Russell Watson, Andrea Bocelli, dalam hal merdunya suara, tapi kita semua bisa menyanyi mengeluarkan yang terbaik dari diri kita.
 
Jika kita sudah melakukan yang terbaik dari diri kita, maka kita pun akan bisa menerima kekuatan dan kelemahan kita, dan sekaligus juga bisa menerima dan mengapresiasi kekuatan dan kelebihan orang atau tim lain. Dan sangat mungkin, pemahaman dan penghayatan ini jauh lebih penting daripada hanya mengejar juara. Pertanyaan penting: apakah kita sudah mengeluarkan yang terbaik itu?
 
 
"Makna dari sesuatu hal tidak terdapat di dalam hal tersebut,
tetapi dalam sikap kita terhadap hal tersebut."
 
 ~ Antoine de Saint-Exupery, penyair Prancis
 
 
Ditulis oleh Frans Nadaek
 
 
NB: Copy atau share harap sertakan nama penulis dan sumbernya ya. Terima kasih

No comments:

Post a Comment