Wednesday, June 12, 2013

Rahib yang Rakus

Gessen itu seorang rahib Budha. Akan tetetapi ia juga
seniman lukis berbakat ulung. Sebelum mulai melukis ia  selalu menuntut
bayaran di muka. Upah yang dimintanya besar luar biasa. Maka ia dikenal
sebagai rahib rakus.

Seorang geisha memanggil dia untuk menggambar. Gessen berkata, "Kamu mau
membayar berapa?" Perempuan itu kebetulan melayani kekasih kaya di waktu
itu. Ia berkata, "Apa saja yang kamu minta. Namun lukisan harus dibuat
sekarang di hadapanku."

Gessen segera mulai bekerja dan ketika lukisan sudah selesai, ia menuntut 
bayaran paling tinggi yang pernah ia minta. Ketika Geisha itu memberikan
uangnya, ia berkata kepada kekasihnya. "Orang ini dianggap seorang rahib,
tetapi yang dipikirkan hanya uang. Bakatnya memang luar biasa, tetapi
pikirannya itu kotor, mata-duitan. Bagaimana orang memamerkan lukisan orang
berpikiran kotor  seperti itu? Karyanya itu baik untuk pakaian dalam
bagiku."

Dengan itu ia melemparkan rok dalam kepadanya dan meminta untuk
menggambarkan lukisan padanya. Gessen bertanya seperti biasa sebelum ia
mulai dengan karyanya. "Kamu akan memberi aku upah berapa?" "Oh, sebanyak
yang kamu inginkan," kata wanita itu. Gessen menyebut harganya,
menggambarkan lukisan, tanpa malu mengantongi uangnya, dan pergi.

Bertahun-tahun kemudian, ada seseorang yang menemukan mengapa Gessen begitu
rakus mengumpulkan uang. Bahaya kelaparan kerap menimpa daerahnya. Orang
kaya tidak peduli menolong yang miskin. Maka Gessen menyuruh membangun
lumbung-lumbung rahasia di daerah itu dan mengisinya dengan gandum bagi
keadaan darurat. Tidak ada orang tahu, gandum datang dari mana atau siapa
penderma bagi wilayah itu.

Alasan lain, mengapa Gessen menginginkan uang itu: jalan dari desanya menuju
kota yang puluhan kilometer jauhnya jelek. Gerobak pun tidak bisa berjalan
di sana; hal ini menimbulkan banyak derita bagi yang tua dan yang sakit,
kalau mereka perlu pergi ke kota. Maka Gessen menyuruh memperbaiki jalan.

Alasan terakhir adalah kuil untuk bermeditasi, yang selalu dicita-citakan
oleh guru Gessen, tetapi tidak dapat ia laksanakan. Gessen membangun kuil
itu sebagai tanda terima kasih kepada guru yang dihormatinya.

Sesudah rahib rakus itu selesai membangun jalan kuil dan lumbung-lumbung ia
membuang cat dan kuas, kembali ke gunung-gunung, untuk masuk dalam hidup
berkontemplasi dan ia tidak melukis lagi.

Perbuatan seseorang pada umumnya menunjukkan apa yang mau ditafsirkan oleh
pengamat.

Diambil dari Intisari-online.com

No comments:

Post a Comment