Tuesday, August 8, 2017

Ketika Kita Memaafkan Seseorang Tanpa si Pelaku Tahu Kita Telah Mamaafkannya

Alkisah, Buddha sedang bersama murid-muridnya ketika seorang pria
berjalan dengan tatapan marah. Pria itu berpikir Buddha sedang
melakukan sesuatu yang salah.

Pria itu adalah seorang pengusaha yang gelisah dan menemukan anak-anak
telah menghabiskan berjam-jam waktunya dengan Buddha saat mereka
seharusnya menjalankan bisnis mereka, untuk menghasilkan lebih banyak
uang.

Pria itu merasa buang-buang waktu saja menghabiskan empat jam duduk di
samping seseorang yang matanya selalu tertutup tidak percaya. Inilah
yang membuat pengusaha itu marah.

Dengan sangat marah, pria itu berjalan lurus ke arah Buddha, menatap
matanya dan meludah.

Ia sangat marah, tapi ia tidak bisa menemukan kata-kata untuk
mengungkapkannya, ia hanya meludah ke arah Buddha.

Buddha hanya tersenyum. Ia tidak menunjukkan kemarahan, meskipun
murid-murid di sekelilingnya marah.

Mereka ingin bereaksi, tapi tidak bisa, karena Buddha ada di sana.
Jadi, semua orang hanya menggigit bibir bawah mereka dan merapatkan
tinjunya.

Setelah pengusaha itu meludahi Buddha dan menyadari tindakannya tidak
menimbulkan reaksi, ia berjalan terhuyung-huyung.

Buddha tidak bereaksi atau mengatakan apapun. Ia hanya tersenyum. Dan
itu cukup mengejutkan orang yang marah.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, pria tersebut bertemu seseorang
yang hanya tersenyum saat ia meludahi wajahnya.

Pria pengusaha itu tidak bisa tidur semalaman dan seluruh tubuhnya
seperti mengalami transformasi. Ia menggigil, gemetar. Ia merasa
seolah seluruh dunia telah berubah terbalik.

Keesokan harinya, pria itu pergi menemui dan mencium kaki Buddha,
serta berkata, "Mohon maafkan saya! Saya tidak tahu apa yang saya
lakukan."

Buddha menjawab, "Saya tidak bisa. Maaf!"

Semua orang termasuk murid-murid Buddha terperangah. Buddha kemudian
menjelaskan alasan pernyataannya.

Katanya, "Mengapa saya harus memaafkan Anda, bila Anda tidak melakukan
kesalahan apapun?"

Pengusaha itu tampak terkejut dan ia memberi tahu Buddha bahwa ialah
yang telah meludahinya.

Buddha berkata, "Oh! Orang itu tidak ada sekarang. Jika saya pernah
bertemu dengan orang yang Anda ajak bicara, saya akan memberitahunya
untuk memaafkan Anda. Bagi orang yang berada di sini, Anda tidak
melakukan kesalahan."

Itulah belas kasih yang nyata.

Belas kasih tidak mengatakan, saya memaafkan Anda.

Memaafkan harus sedemikian rupa sehingga orang yang dimaafkan, tidak
tahu bahwa kita telah memaafkan mereka.

Mereka bahkan seharusnya tidak merasa bersalah atas kesalahan mereka.

No comments:

Post a Comment