Tuesday, March 24, 2015

Inspirasi - Buah Kejujuran dan Belas Kasih

Alkisah, seorang raja yang memiliki seorang putri yang sedang sakit. Para dokter tidak bisa menemukan sesuatu yang salah dengan dirinya. Putri itu hanya tampak sengsara dan sering menangis.

Pada suatu malam, sang putri bermimpi jika ia makan sepasang pir maka ia akan sembuh. Untuk mengetahui apakah pir itu begitu istimewa baginya, maka ia harus bertemu dengan orang yang membawa pir padanya. Ibunya, sang ratu, memutuskan bahwa siapa pun yang membawa buah pir untuk menyembuhkan sang Putri, akan memiliki kesempatan untuk menikahi sang Putri, jika ingin menikah dengannya.

Setelah itu, ratusan pemuda datang membawa keranjang buah pir untuk Putri. Sang Putri berbicara dengan masing-masing pemuda itu, dan makan buah pir yang mereka bawa. Namun, tidak satupun yang membuat Sang Putri merasa lebih baik.

Di tempat lain, seorang petani memiliki kebun pir yang sangat manis dan berair. Ia memiliki tiga orang putra. Ia mengatakan kepada putra sulungnya, yang paling tampan dari ketiganya, untuk membawa  satu keranjang buah pir untuk Sang Putri. Dalam perjalanan ke istana, putra tampan itu bertemu kurcaci yang terlihat sangat lapar. Kurcaci itu melihat keranjang yang dibawa si putra tampan, dan berkata, "Engkau membawa pir untuk menyembuhkan Sang Putri. Tolong beri saya beberapa pir saja agar saya tidak kelaparan."

Putra tampan itu tidak ingin memberikannya, meski hanya satu buah pir. Ia takut setiap pir yang diberikannya mungkin bisa menyembuhkan Sang Putri. Lalu, ia akan kehilangan kesempatan untuk menikahi sang Putri.

Maka putra sulung itu berkata kepada curcaci yang kelaparan itu, "Di dalam keranjang ini hanya ada sepasang kaki babi." Kurcaci yang lapar itu yang sebenarnya adalah seorang Guru bijak yang sedang menyamar, menjawab, "Amin! Maka jadilah demikian." Lalu ia berjalan pergi.

Ketika putra tampan itu sampai ke istana Sang Putri, ia membuka keranjang untuk menunjukkan pir yang dibawanya, namun ternyata isi keranjang itu adalah sepasang kaki babi. Sang Putri pingsan. Raja memerintahkan untuk mengusir putra sulung petani itu.

Ketika anak sulung ini kembali ke rumah, ia tidak menceritakan apa pun yang terjadi, tetapi hanya mengatakan bahwa buah pirnya ternyata tidak berhasil menyembuhkan Sang Putri. Petani itu kemudian mengirim anak tengahnya, yang bertubuh tinggi, kuat, dan memiliki rambut pirang yang indah, untuk membawa pir terbaik hasil kebun petani itu untuk Sang Putri.

Di jalan menuju istana, pemuda berambut pirang itu bertemu seorang pengemis miskin yang tuli. Pemuda berambut pirang itu pun tidak ingin membantu pengemis itu, meskipun ia terlihat sangat lapar. Ia berkata, "Saya tidak bisa membantu Anda. Yang ada di dalam keranjang ini hanyalah sepasang telinga babi."

"Amin," jawab pengemis itu. "Demikianlah jadinya."

Ketika putra berambut pirang itu dibawa ke hadapan Sang Putri yang membuka keranjang berisi sepasang telinga babi, ia pun menjadi mual dan muntah. Raja mengusir putra berambut pirang itu keluar dari istana. Ketika putra tengah itu kembali ke rumah, ia juga tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang telah terjadi.

Tinggallah putra bungsu yang sangat tidak tampan, tidak tinggi atau pirang, tapi sangat baik dan perhatian. Ia memohon kepada ayahnya untuk membiarkannya pergi karena ingin membantu Sang Putri, meskipun ia tidak berpikir akan menikahi Sang Putri. Petani itu pun menyuruh putra bungsunya untuk pergi ke istana Sang Putri.

Di jalan menuju istana, putra bungsu itu bertemu seorang pengemis dengan luka dan koreng di seluruh wajah dan lengannya. Karena merasa kasihan, sebelum pengemis itu bertanya, ia menawarkan setengah dari buah pir dalam keranjang itu, sambil berkata, "Semoga buah pir ini berguna untuk Anda." Pengemis samaran itu berkata, "Amin. Demikianlah juga baik untuk Anda."

Ketika putra bungsu itu membawa keranjang kepada Sang Putri yang bertanya mengapa hanya setengah buah pir saja dalam isi keranjang itu, ia bercerita bahwa ia menawarkan setengah isi keranjang kepada pengemis buruk rupa itu.

Sang Putri mulai menangis. Putra bungsu itu meminta maaf karena telah membuat Sang Putri menangis, tapi ia terkejut karena tiba-tiba Sang Putri memeluknya. Mereka berdua menghabiskan sepanjang hari saling bercerita dan Sang Putri merasa lebih baik dan lebih baik lagi. Pada hari berikutnya, Sang Putri sudah merasa sembuh.

Sebulan kemudian, Sang Putri mengatakan kepada putra bungsu petani itu, bahwa ia ingin menikah dengannya. Dan itulah yang dilakukan oleh Sang Putri.

No comments:

Post a Comment