Tuesday, March 24, 2015

Inspirasi - Kisah Dua Orang Petani

Di sebuah desa kecil jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota, hiduplah seorang petani padi, Pak Jalu. Ia adalah orang yang sederhana dan punya sawah kecil. Ia cenderung rajin dan panenannya cukup untuk menghidupi keluarganya. Ia menyukai pertanian. Karena ia lahir dari keluarga petani.

Ia menyukai mencangkul tanah, membangun saluran irigasi, mempelajari pola cuaca, meneliti pupuk, dan dari semuanya, ia menyukai nasi. Ia tahu semua tentang pertanian padi. Dari ujung ke ujung ia sudah menjadi petani yang ahli.

Pak Jalu juga telah mengembangkan sistem baru untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Petani lainnya menyukainya dan sering mengunjungi tempatnya untuk belajar teknik-teknik baru dalam pengupasan, penyimpanan, pengemasan, dll.  Salah satu yang mengunjunginya adalah Pak Damas.

Pak Damas berasal dari desa tetangga dan ia orang yang sangat kuat. Tubuhnya kuat, keinginannya kuat, dan ambisinya pun kuat. Pak Damas ingin sukses dan bekerja keras untuk membuat pertaniannya produktif dan menguntungkan. Ia tahu bahwa Pak Jalu adalah kompetitor utamanya di wilayah itu dan berusaha untuk belajar dari sistemnya.

Pada suatu musim, ada kegembiraan besar di desa sekitar itu. Pak Jalu telah mengembangkan formula benih padi bibrida baru yang akan melipatgandakan hasil panen. Ketika mendengar ini, Pak Damas merasa terganggu. Bagaimana jika Pak Jalu menolak untuk berbagi formula? Bagaimana jika ia memutuskan bila ini terlalu bagus untuk diberikan, dan ingin menggunakan itu untuk membuat dirinya paling kaya dan paling kuat di wilayah ini?

Pak Damas mulai mengalami mimpi buruk. Lalu, pada suatu mala ia menyelinap ke pertanian Pak Jalu dan mencuri formula dan bibit itu. Hingga Pak Jalu tidak dapat memproduksi formula yang dicuri dan akhirnya pindah ke pekerjaan lain.

Pak Damas pun memanfaatkan formula padi itu dan mengalami panen raya. Lalu ia mencari Pak Jalu untuk menertawakan. Pak Jalu mengucapkan selamat kepadanya karena memiliki tahun yang baik dan mulai membahas teknik baru yang sedang dikerjakannya. Pak Damas bertanya-tanya mengapa ia tidak pernah puas terhadap Pak Jalu. Ia berpikir mungkin karena ketenaran Pak Jalu di wilayah tersebut.

Pak Damas tahu Pak Jalu bekerja sangat keras sehingga ia memutuskan untuk mendisiplinkan diri bekerja lebih keras. Ia mulai tidur di gudang hingga ayan berkokok membangunkannya. Ia berlatih untuk makan hanya satu kali sehari, sehingga lebih efisien waktu. Ia belajar untuk berkonsentrasi dan bekerja tanpa rasa sakit, tidak nyaman, dan kelelahan. Semua kerja keras pun membawanya sukses besar dan dalam beberapa tahu ia akan menjadi petani terkaya dan paling terkenal di wilayah ini. Tapi sayangnya, setiap tahun ia bertemu dengan Pak Jalu di pasar, ia merasa tidak bahagia.

Pak Damas mencoba segalanya, perkebunan besar dibangun, membeli tanah pertanian yang besar, tumbuh dalam kekuasaan politik, menyumbangkan beras untuk yang lapar, sepanjang waktu berdisiplin diri untuk mencapai keberhasilan. Tetapi ketika tua dan sudah beruban setiap kali ia bertemu Pak Jalu, ia merasa ada sesuatu yang terlewatkan olehnya.

Akhirnya, mereka berdua semakin tua dan meninggal pada hari yang sama. Di baris luar gerbang surga, Pak Damas dan Pak Jalu bertemu lagi. Seperti biasa, Pak Jalu menyambutnya dengan gembira dan mulai membahas penelitian tentang cara membuat nasi yang diperkaya dengan vitamin. Akhirnya giliran mereka tiba untuk bertemu dengan Tuhan.

Di dalam, Tuhan bertanya kepada Pak Jalu, "Datanglah ke sini, mengambil kursi sisa yang kau butuhkan." Tuhan kemudian beralih ke Pak Damas dan bertanya, "Ada pertanyaan?"

"Ya," jawab Pak Damas. "Kenapa kau memintanya beristirahat dan bukan aku? Aku telah bekerja sama kerasnya, bahkan lebih sulit daripadanya, sepanjang hidupku. Juga, kenapa Pak Jalu selalu lebih bahagia daripada aku, meskipun aku telah mencapai lebih banyak sukses, jauh lebih kaya, penuh kekuasaan, dan ketenaran?"

"Nah, jawabannya benar-benar sangat sederhana," jawab Tuhan. "Kau, Pak Damas,   bermaksud menjadi petarung dan bukan petani padi. Jadi, pekerjaan mu belum kau lakukan. Pergilah." Maka Pak Damas pun dikirimkan kembali.

No comments:

Post a Comment