Monday, October 19, 2015

Inspirasi - Pilihan Terpenting dalam Hidup

Pada suatu saat menuju jam istirahat kelas, seorang dosen mengatakan kepada mahasiswa dan mahasiswinya, "Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar."

Kemudian seorang mahasiswa berjalan menuju papan tulis.

"Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan Anda, di papan tulis," kata sang dosen.

Dalam sekejap mahasiswa itu sudah menuliskan kesemuanya. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang yang dikasihinya, dan lain-lain.

"Sekarang, silakan coret satu nama di antaranya yang menurut Anda paling tidak penting," kata dosen itu.

Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, yaitu nama tetangganya.

"Silakan coret satu lagi!" kata dosen itu lagi.

Kemudian mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.

Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersiswa tiga nama, yaitu nama orangtuanya, suaminya, dan nama anaknya.

Suasana kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara. Semua mahasiwa tertuju memandang ke arah dosen. Mereka mengira permainan itu sudah selesai, dan tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswa itu.

Tiba-tiba dosen itu memecahkan keheningan dengan berkata, "Silakan coret satu lagi!"

Dengan perlahan-lahan mahasiswa itu melakukan suatu pilihan yang amat sangat sulit. Ia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orangtuanya.

"Silakan coret satu lagi!" kata dosen itu lagi.

Mahasiswi itu menjadi bingung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak tangis, sepertinya sangat sedih.

Setelah suasana tenang, dosen itu lalu bertanya, "Orang terkasihmu bukankah orangtuamu dan anakmu? Orangtua yang membesarkan Anda, anak adalah Anda yang melahirkan, sedangkan suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa Anda berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan?"

Seluruh teman sekelas melihat pada mahasiswi itu, menunggu apa jawaban yang akan diberikannya.

Setelah agak tenang, kemudian perlahan-lahan ia berkata, "Sesuai waktu yang berlalu, orangtua akan pergi dan meninggalkan saya, sedangkan anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, maka yang benar-benar menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya."

Terkadang dalam hidup ini kita sering dihadapkan pada pilihan sulit. Dan kita harus melalui semua itu dengan hati yang lapang.

No comments:

Post a Comment