Monday, December 21, 2015

Kisah Inspirasi - Jangan Menarik Kesimpulan Sebelum Mengetahui Semua Fakta

Seorang anak laki-laki mengunjungi kebun binatang untuk pertama kalinya. Ia ditemani oleh ayahnya. Anak laki-laki itu bersemangat sekali dan berdiskusi dengan ayahnya mengenai berbagai jenis hewan yang akan mereka lihat di kebun binatang.

Mereka pun tiba di gerbang kebun binatang itu dan menuju ke loket tempat penjualan tiket masuk kebun binatang. Sang ayah memberi uang tunai kepada orang di dalam loket melalui jendela sempit dan meminta dua tiket, satu orang dewasa dan satu anak-anak. Petugas loket dengan cepat mengulurkan lengannya dan memberikan tiket serta uang kembalian.

Anak laki-laki itu sedang melihat aksi itu dengan kegirangan. Ia bertanya dengan suara keras, "Pak, kera di meja loket itu tahu aritmatika juga ya. Dia sangat cerdas!"

Seorang wanita sia-sia bertanya pada seorang Pendeta, "Bapa, hari ini saya menghabiskan banyak waktu di cermin, melihat tubuh saya dan bertanya-tanya bagaimana cantiknya saya. Apakah itu sebuah perilaku buruk, Bapa?"

Pak Pendeta menjawab, "Tindakan Anda memiliki nama yang berbeda. Itu bukan perilaku buruk, tetapi itu kasus kesalahpahaman."

Seorang pemuda harus kembali ke tempat kerjanya di sebuah negeri yang jauh, seminggu setelah pernikahannya. Ia menulis surat yang penuh kasih kepada istri tercintanya dengan tulisan tangannya sendiri untuk memberikan sentuhan pribadi. Dalam suratnya itu, ia menulis "setengah lebih baik" (my better half). Sayangnya, tulisan tangannya sangat buruk dan tidak terbaca. Istrinya membaca tulisannya yang penuh kasih sebagai "setengah pahit" (my bitter half). Inilah yang memulai pertengkaran secara bertahap meningkat dan berakhir pada perceraian mereka.

Sesaat kesalahpahaman atau salah tafsir mungkin menjadi bencana dan dapat membuat pasangan melupakan jutaan kenangan manis yang telah dihabiskan saat bersama-sama.

Salah juga bila kita menarik sebuah kesimpulan sampai kita tahu semua fakta. Mantan kepala Gereja Suriah, pernah mengatakan sambil bercanda, "Tiga gadis yang belum menikah bertanggung jawab untuk sebagian besar masalah di dunia. Tiga gadis itu ialah missunderstanding, misinterpretation, dan  misrepresentation. Karena tiga kata itu dimulai dengan 'mis', yang digambarkan dengan bahasa bercanda Metropolitan sebagai 'miss' troublemaker – nona pembuat masalah."

No comments:

Post a Comment