Saturday, February 27, 2016

Kisah Inspirasi - Kata-kata Bagaikan Pedang

Sebuah perang besar sedang berlangsung. Seorang tentara memberitahu ibunya, "Ibu, dinas militer saya berakhir. Saya berencana untuk kembali ke rumah. Ketika saya pulang, saya ingin membawa serta teman saya, seorang teman dekat yang terluka serius selama perang. Ia kehilangan satu mata, satu tangan, dan satu kaki dan membutuhkan dukungan kita."

San Ibu menyatakan dengan santai, tanpa ketertarikan, atau antusias, "Baiklah, anakku sayang, kau bisa membawanya. Biarkan ia tinggal bersama kita selama beberapa hari."

Kata-katanya jelas bahwa ia tidak ingin prajurit yang cacat itu tinggal lama dalam keluarga mereka. Dua hari kemudian, sang Ibu menerima pesan dari militer bahwa anaknya telah bunuh diri dan tubuhnya akan dibawa ke rumahnya.

Ketika tubuh prajurit tiba, sang Ibu terkejut melihat anaknya, tidak memiliki mata, tangan, dan kaki. Sekarang sangat jelas baginya bahwa anaknya telah bertanya tentang sikapnya terhadap "teman penyandang cacat" hanya untuk menilai sikapnya bila anaknya sendiri yang cacat. Ia sangat menyesal karena tidak bisa menyambutnya dengan sepenuh hati. Ia menyadari bahwa jika saja ia menunjukkan banyak cinta, dan kebaikan dalam kata-katanya, ia tidak akan pernah kehilangan anaknya tercinta.

Sang ibu menangis kesakitan karena telah menolak anaknya sendiri. Ya, kata-kata adalah pedang. Kata-kata kasar dapat bertindak seperti pedang tajam dan menimbulkan luka yang tak bisa diperbaiki di benak orang-orang yang mendengarnya. Kata-kata seperti itu dapat menyebabkan putus asa, kekecewaan, dan keputusasaan. Maka berhati-hatilah menggunakan lidah, yang merupakan prasyarat untuk hidup damai. Perhatian, keprihatinan, kasih sayang, dan kebaikan sangat penting untuk mendorong hidup sehat, bahagia, harmonis, dan surgawi.

Ibu Teresa mengatakan, "Perkataan bisa singkat dan mudah untuk berbicara, tetapi gemanya benar-benar terbatas. "

No comments:

Post a Comment