Friday, September 5, 2014

Fwd: Inspirasi - Ukuran Cinta

Terjadi percakapan Anda dengan sahabatnya, Andra.

"Aku tidak menyukai istriku lagi," kata Anda.

"Pulang dan cintailah dia," kata Andra.

"Kamu nggak ngerti aku, aku sudah tidak punya perasaan itu lagi," jelas Andi.

"Pulang dan cintailah dia."

"Tetapi secara emosi aku berarti tidak jujur kalau aku memperlakukan istriku seperti itu, padahal aku tidak merasakannya," tambah Andi.

"Apakah menurutmu, Ibumu mencintaimu?" tanya Andra.

"Tentu saja," kata Andi dengan mantap.

Andra pun berkata, "Kira-kira satu minggu setelah ibumu pulang dari rumah sakit dan membawamu pulang, dan kamu menangis menjerit-jerit di tengah malam karena popokmu basah, ia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih. Ia berjalan di lantai yang dingin tanpa alas kaki untuk mengganti popokmu dan menyusuimu. Apakah menurutmu ia sungguh-sungguh menikmati itu semua?"

"Tidak," kata Andi.

"Kalau begitu, apakah Ibumu secara emosi juga tidak jujur?" balas Andra.

Ukuran besarnya cinta bukan karena ia menikmati mengganti popok di tengah malam, melainkan karena seorang Ibu rela melakukan itu semua meski ia tidak begitu menyukainya.

Pernikahan tidak hanya didasari oleh perasaan cinta saja, tapi lebih dari itu adalah komitmen. Saat pertama seseorang menikahi istrinya pasti karena cinta, tetapi cinta yang menggebu-gebu akan padam seiring dengan berjalannya waktu.

Hanya komitmen yang membuat cinta menggebu-gebu menjadi cinta yang matang dan dewasa.

Lalu, apakah yang disebut dengan cinta sejati? Cinta yang sifatnya turun ke bawah, yaitu cinta yang tidak memikirkan untung rugi, cinta yang rela berkorban demi seseorang yang dikasihinya. Inilah cinta yang harus diusahakan dalam setiap pernikahan.

Suasana hati mudah berubah, kondisi fisik semakin tua dan tidak menarik, namun komitmenlah yang menyelamatkan pernikahan

No comments:

Post a Comment