Sunday, September 21, 2014

Uang Punyamu, Tapi Sumber Daya Milik Bersama

Saya masih ingat dengan omongan orangtua ketika masih kecil suka tidak menghabiskan makanan. "Ayo, dihabiskan. Nanti ayamnya mati." Waktu itu saya tidak tahu apa hubungannya. Yang tertanam dalam pikiran adalah makanan harus dihabiskan.

Cerita berikut yang saya ambil dari obrolan dengan teman tidak menjawab alasan mengapa ayam bisa mati kalau makanan kita tidak dihabiskan. Namun setidaknya menyadarkan kita untuk memberi alasan yang lebih ilmiah kepada anak-anak kita.

Cerita ini terjadi di Jerman, sebuah negara industri terkemuka. Pemilik cerita yang orang Indonesia itu berlibur di Jerman bersama teman-temannya. Mereka kemudian masuk ke sebuah restoran untuk makan siang. Beginilah cerita mereka.

Ada banyak kursi kosong. Ada satu meja tempat sepasang anak muda sedang makan. Hanya ada dua piring mkanan dan dua kaleng bir di atas meja mereka. Saya membatin, apa hidangan sederhana itu pertanda si pemuda kikir? Beberapa meja terisi wanita tua yang menghabiskan makanan tanpa bersisa.

Karena kami lapar, rekan kami pesan lebih banyak makanan. Akan tetapi, ternyata ketika kami selesai masih ada sekitar sepertiga makanan yang tak dapat kami habiskan. Begitu kami hendak mninggalkan restoran, wanita tua yang dari meja sebelah berbicara pada kami dalam bahasa Inggris. Intinya mereka tidak senang kami menyisakan mkanan.

"Kami yang bayar kok, bukan urusan kalian berapa banyak makanan yang tersisa," kata rekanku pada wanita tua tersebut. Terjadi sedikit keributan yang membuat salah seorang pengunjung mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang.

Tak lama kemudian datang seorang lelaki berseragam seperti dari Departemen Sosial. Setelah mendengar tentang sumber masalah pertengkaran, ia menerbitkan surat denda sebesar Euro 50 (sekitar Rp750 ribu) pada kami.

Kami semua terdiam. Petugas tersebut berkata dengan suara yang galak, "Pesan makanan sebatas yang sanggup Anda makan. Uang itu milikmu. Tapi sumber daya alam ini milik bersama. Ada banyak orang lain di dunia yang kekurangan. Kalian tidak punya alasan untuk menyia-nyiakan sumber daya alam tersebut."

Kami menjadi malu.

Entah benar atau tidak cerita tersebut, apa yang dikatakan petugas tadi benar. Kita bisa mengelak bahwa makanan bisa dijadikan kompos. Tapi terlalu mahal jika kita menghabiskan sumber daya seperti bahan bakar untuk memasak makanan hanya demi membuat kompos.

Saya jadi teringat ketika datang ke sebuah undangan atau resepsi pernikahan. Betapa banyak orang hanya melampiaskan nafsu mengambil makanan sebanyak-banyaknya namun kemudian hanya dimakan sebagian dan sisanya berakhir di meja piring kotor.

No comments:

Post a Comment