Tuesday, January 12, 2016

Kisah Inspirasi - Tidak Seperti yang Kelihatan


Dalam suatu kereta ekonomi non-AC yang lumayan panas, seorang eksekutif muda, dengan jas elegan berdiri di ujung sana. Berdesak-desakan dengan penumpang lain.

Sesaat kemudian, ia membuka tablet Androidnya. Lebih besar tentunya dibandingkan dengan ponsel pintar pada umumnya. Ia memang sedang melakukan chatting penting dengan para donatur. Chatting tentang dana untuk membantu para korban kebanjiran.

Semua penumpang menoleh padanya atau meliriknya. Apa batin mereka?

Seorang nenek membatin, "Orang muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer. Naik kereta ekonomi, pamer-pameran."

Seorang ibu membatin, "Mudah-mudahan suami saya tidak senorak dia. Norak di kelas Ekonomi bukan hal terpuji."

Seorang gadis ABG membatin, "Keren sih keren, tapi gak banget deh sama gayanya. Kenapa gak naik AC kalau mau pamer begituan?"

Seorang pengusaha membatin, "Sepertinya dia baru kenal 'kaya'. Atau dapat warisan. Andai dia merasakan jerih pahit kehidupan; sudah barang tentu tidak akan pamer barang itu di kelas Ekonomi. Kenapa gak naik kereta AC sih?"

Seorang pemuka agama melirik, "Andai dia belajar ilmu agama, tentu tidak sesombong itu, pamer!"

Seorang pelajar SMA membatin, "Saya tahu kamu kaya. Tapi please deh , tidak perlu pamer  gitu jugakali. Kita tuh gak pengen lihat style kamu. Kalau emang pengen diakui, keluar dari sini, terus naik kereta AC. Ih enggak banget deh."

Seorang tunawisma membatin, "Orang ini terlalu sombong, ingin pamer di depan rakyat kecil."

Si eksekutif menyimpan kembali tabletnya di tas. Ia membatin, "Terima kasih Tuhan, akhirnya para donatur bersedia membantu. Ini kabar baik sekali." Lalu, ia sempatkan melihat kantong bajunya. Ada secarik tiket kereta ekonomi.

Ia membatin lagi, "Tadi sempat bertukar karcis dengan seorang nenek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tidak tega saya. Biarlah dia yang naik kereta AC itu. Mudah-mudahan bermanfaat."

Begitu berbahayanya menghakimi orang. Sebuah kebaikan, tindakan kasih, bisa berubah total menjadi kejahatan hanya karena persepsi kita. Oleh karena itu mari jaga persepsi kita, semua yang kita lihat tidak perlu kita nilai seperti penampakannya.

No comments:

Post a Comment